Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko menginstruksikan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk melakukan TOSS, yakni temukan, obati sampai sembuh, terhadap penderita Tuberkulosis (TBC) yang ada di wilayah itu.

"Kami minta Dinkes untuk mendata penderita TBC, lalu melakukan pengobatan sebaik-baiknya atau istilahnya TOSS. Upaya ini harus sampai sembuh, betul-betul harus sampai sembuh agar terhindar dari resistensi," kata Sofyan Edi Jarwoko di sela menghadiri Pencanangan Gerakan Eliminasi TBC di Technopark, Kota Cimahi, Jawa Barat, dalam rilis yang diterima di Malang, Rabu.

Pendataan ini, kata Sofyan Edi, merupakan salah satu upaya Pemkot Malang untuk mencegah dan pengendalian sejak dini. Langkah tersebut tetap menjadi perhatian dalam penanganan TBC.

Dengan upaya itu, Sofyan Edi optimistis penanganan TBC akan dapat ditangani dengan mudah.

Berdasarkan data Dinkes Kota Malang, per 27 Januari 2019, jumlah penderita TBC di Kota Malang mencapai 2.218 pasien. Dari jumlah tersebut, 331 telah sembuh setelah secara intensif dilakukan pendampingan dan pengobatan secara ajeg (rutin).

Baca juga: Presiden Jokowi targetkan Indonesia bebas TBC tahun 2030

Baca juga: Presiden : Selain tugas Menkes, soal kesehatan juga tugas Menteri PUPR

Baca juga: Jakarta tuan rumah pertemuan internasional bahas pemberantasan TBC


Sementara 540 pasien dalam proses pengobatan. "Semoga sembuh sebagaimana 331 pasien terdahulu," ucapnya.

Menurut politikus Partai Golkar tersebut, fokus pencegahan dan pengendalian TBC adalah penemuan kasus dan pengobatan. Oleh karena itu, Dinkes harus terus melakukan pendampingan dan melakukan pengobatan sebaik-baiknya agar penderita bisa sembuh total.

Kegiatan deteksi dini, kata Sofyan Edi, selaras dengan semangat gerakan masyarakat hidup sehat (Germas). Gerakan ini perlu menjadi suatu kegiatan terpadu dan memperkuat program Indonesia sehat melalui pendekatan keluarga (PIS-PK).

Ia mengemukakan para kader Posyandu yang didukung ibu-ibu Muslimat dan Aisyiah Kota Malang juga telah melakukan upaya ketuk pintu (mendatangi langsung ke rumah-rumah) untuk melakukan pemeriksaan gejala TBC dari kontak pasien.

Dari kegiatan seperti itu, langkah upaya penyembuhan dioptimalkan sekaligus dilakukan penataan secara detail.

Berdasarkan data Indonesia merupakan negara ketiga tertinggi kasus TBC setelah India dan China. Angka itu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia.

Melalui gerakan eliminasi TBC, diharapkan angka kasus TBC di Indonesia dapat terus ditekan. Salah satunya melalui perwujudan lingkungan hunian yang sehat dalam mencegah merebaknya kasus TBC.

Gerakan Eliminasi TBC di Technopark, Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (29/1) dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.

Acara tersebut diikuti 34 gubernur, 119 bupati dan wali kota se-Indonesia, serta sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju.

Presiden Joko Widodo menyampaikan fokus utama mengatasi TBC bukan pada pengobatan, melainkan pencegahan. "Artinya, masyarakat juga harus dilibatkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Salah satunya melalui perbaikan drainase. Ini sangat penting," ucapnya.

Selain itu, penanganan sampah juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan untuk membangun permukiman sehat.

Presiden menekankan jika urusan kesehatan bukan hanya tanggung jawab Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan, melainkan juga menjadi urusan kementerian dan dinas yang lainnya, termasuk PUPR.*

Baca juga: Presiden Jokowi siapkan Perpres tentang Pemberantasan TBC

Baca juga: Presiden Jokowi terima delegasi Aksi Stop TBC Dunia

Baca juga: Balita penderita Meningitis dan TBC butuh bantuan

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020