Artikel

Masyarakat Lindu kini terbebas dari kegelapan malam

  • Senin, 3 Februari 2020 14:48 WIB
Masyarakat Lindu kini terbebas dari kegelapan malam
Petugas PLN melakukan perbaikan jaringan listrik di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (12/10). Pascagempa dan tsunami, PLN terus berupaya memperbaiki sistem kelistrikan di Kota Palu, Donggala, dan Sigi, agar dapat segera normal kembali. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/kye/18. (Antaranews Sulteng/Istimewa) (Antaranews Sulteng/Istimewa/)
Kini masyarakat Lindu tidak lagi hidup dalam kegelapan malam karena setiap rumah sudah ada listrik
Sigi (ANTARA) - Bertahun-tahun ribuan warga di lima desa di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah hidup tanpa listrik, malam hari mereka hanya menggunakan lentera untuk mengusir kegelapan.

Tak heran jika pada malam hari desa-desa yang ada di sekitar Danau Lindu terasa sangat sepi. Pada pukul 19.00WITA sebagian besar warga sudah istirahat tidur, sebab tidak bisa menonton televisi karena belum ada penerangan listrik.

Setelah lama mendambakan hadirnya penerangan listrik di wilayah permukiman yang berada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), kini warga Lindu boleh berlega dan gembira, sebab sejak seminggu menjelang Natal 25 Desember 2019 hingga kini listrik pasokan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah menyala.

"Kami sekarang ini sudah bisa menonton televisi sepanjang hari dan malam," kata Barnabas (70) warga Desa Olu, salah satu dari lima desa yang ada di Kecamatan Lindu.
Warga di desanya, kata dia sudah terbebas dari kegelapan malam setelah bertahun-tahun mereka hidup tanpa penerangan listrik.

Karena listrik sudah menyala  selama 24 jam, maka warga sudah bisa mengembangkan usaha-usaha rumah tangga untuk menambah dan meningkatkan ekonomi keluarga selah satunya membuat es batu karena sudah ada listrik.

Ada banyak jenis usaha yang menggunakan listrik bisa dikembangkan masyarakat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan juga untuk masa depan anak-anak."Saya terus terang sangat bahagia, sebab listrik PLN sudah masuk dan kita tidak lagi diliputi kegelapan pada malam hari," kata dia.

Barnabas yang seorang tokoh agama di Desa Olu mengatakan sekarang ini yang menjadi kendala tinggal prasarana jalan perlu ditingkatkan secara memadai agar pemasaran berbagai hasil bumi masyarakat di Lindu semakin lebih lancar lagi.

Memang, lanjut dia, jalan masuk menuju Lindu sudah bisa dilewati kendaraan mobil tapi kalau hujan sering badan jalan putus tertimbun material tanah longsor dan pohon-pohon yang tumbang.

Selain itu, kondisi jalan juga terbilang masih ekstrem, sebab belum semua badan jalan sudah dicor beton. Akibatnya, mobil terkadang terperosok ke dalam selokan dan untuk mengeluarkannya tentu tidak mudah, harus dibantu masyarakat atau ditarik kendaraan lainnya.

Masyarakat berharap besar kepada Pemerintah Pusat, Provinsi Sulteng dan Pemkab Sigi untuk segera meningkatkan kualitas jalan yang ada karena merupakan jalan satu-satunya untuk mengangkut berbagai kebutuhan pokok dan lainnya dari Kota Palu sampai ke Kecamatan Lindu. Begitu pula sebaliknya untuk kelancaran pemasaran berbagai jenis komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan danau menuju Kota Palu sebagai Ibu Kota Provinsi Sulteng yang berjarak sekitar 90an km itu.

Menurut dia, jika prasarana jalan sudah memadai,niscaya akan mempercepat pembangunan dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di Dataran Lindu. Apalagi, di Kecamatan Lindu terdapat sebuah danau yang indah dengan potensi besar sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sigi diharapkan ke depan semakin banyak menarik wisatawan mancanegara untuk mengunjunginya.

Otomatis, jika banyak wisatawan yang datang, maka hal itu juga akan mendongkrak perekonomian masyarakat, sebab berbagai jenis usaha sudah bisa disediakan atau dikembangkan masyarakat setempat.

Salah satunya, masyarakat bisa membangun sebuah rumah khusus untuk disewakan kepada wisatawan-wisatawan yang datang ke wilayah tersebut. Masyarakat harus cerdik dan inovatif, sebab Lindu merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) yang selama ini sudah banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

Selain memiliki danau yang indah karena dikelilingi hutan yang terbilang masih bagus kondisinya,  Lindu juga memiliki adat dan budaya yang unik serta masyarakatnya sangat sopan, ramah dan memegang teguh nilai-nilai budaya yang diwariskan para leluhur yang sangat menghormati dan menghargai orang lain yang masuk ke wilayah itu.

Salah satu kebudayaan yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah setiap tamu atau orang penting yang berkunjung ke Lindu, mereka selalu disambut secara adat. Penyambutan tamu atau orang penting secara adat tersebut, merupakan suatu tanda penghormatan dan penghargaan tertinggi dari masyarakat Lindu. Siapapun tamu dan pejabat yang datang selalu disambut dengan tari-tarian adat.

Silas, seorang warga Desa Anca, Kecamatan Lindu. Mantan Camat Lindu itu juga menyatakan sangat bahagia karena listrik yang selama bertahun-tahun didambakan masyarakat Lindu, kini sudah bisa dinikmati 1x24 jam.

Menurut dia, hadirnya listrik di Kecamatan Lindu tentunya akan sangat berdampak besar terhadap tumbuh-kembangnya perekonomian masyarakat akan semakin lebih baik.

"Kini masyarakat Lindu tidak lagi hidup dalam kegelapan malam karena setiap rumah sudah ada listrik," kata dia.

Seiring dengan masuknya listrik PLN, warga sudah bisa mengembangkan suatu usaha untuk menambah penghasilan keluarga, oleh karena itu Pemkab Sigi harus mendorong usah-usah kecil bisa tumbuh di Lindu agar pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat.

Ada banyak usaha bisa dikembangkan, sebab Lindu bukan hanya sebagai satu wilayah permukiman penduduk, tetapi juga daerah tujuan wisata yang ke depan akan semakin banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara di belahan dunia.

Dia juga berharap Pemkab Sigi meningkatkan prasarana jalan dari Desa Sadaunta, Kecamatan Kulawi menuju Kecamatan Lindu, meski harus melintasi hutan lebat di kawasan hutan lindung Taman Nasional Lore Lindu.


Kawasan konservasi
Manager PT PLN Cabang Palu, Abass Saleh membenarkan listrik di Lindu sudah menyala sejak akhir 2019.  Menurut dia  jika wilayah itu tidak masuk dalam kawasan konservasi TNLL atau berada di luar kawasan, maka akan lebih mudah untuk pembangunan jaringan listrik masuk ke wilayah tersebut.

Selama ini, pembangunan jaringan listrik menuju Kecamatan Lindu terkendala hutan lindung. Tiang dan jaringan listrik harus melawati kawasan hutan lindung sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.

Terutama terkait dengan masalah perizinan. Karena bagaimanapun harus meminta persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatan sebagai instansi yang berwenang, karena wilayah tersebut berada dalam kawasan koserseravsi yang tentu harus diamankan bersama-sama kelestarian hutan dan alamnya. Setelah mendapat izin, PLN akhirnya bisa memasang tiang dan jaringan listrik dari Sadaunta sampai ke Desa Anca di Kecamatan Lindu.

Tetapi sebenarnya, jika tidak terjadi gempa bumi 7,4 SR pada 28 September 2018, listrik sudah menyala.

"Listrik sempat menyala beberapa bulan.Tapi karena gempa bumi, banyak tiang dan jaringan listrik yang roboh dan putus sehingga harus memperbaiki kembali," kata dia.

Listrik sudah menyala sepanjang hari dan malam hari sejak Desember 2019. Masyarakat di Kecamatan Lindu sudah menikmati penerangan listrik. Namun, Abbas meminta masyarakat untuk menyelesaikan tanggungjawab membayar rekening listrik tepat waktunya.

"Jangan menunggak, sebab ada konsekwensi karena terlambat membayar bisa kena sanksi, listriknya diputus," ujarnya.

Selain Kecamatan Lindu masih ada lagi satu kecamatan di wilayah Kulawi Raya yakni Kecamatan Pipikoro di Kabupaten Sigi yang hingga kini belum dijangkau listrik PLN.
Semua wilayah yang belum terjangkau listrik PLN, kata dia, diupayakan ke depan sudah teraliri listrik. Listrik PLN harus bisa dinikmati semua masyarakat yang ada di pelosok-pelosok terpencil, termasuk di Kecamatan Pipikoro.

"Kita targetkan semua desa di Sulteng pada 2020 ini sudah bisa terlistriki," katanya.

Bangun jalan lingkar
Sementara itu, Bupati Sigi,Mohammad Irwan Lapata berjanji akan membangun jalan lingkar mengelilingi Danau Lindu agar masyarakat dari satu desa menuju desa lainnya terhubung.

Selama bertahun-tahun hingga kini masyarakat yang menuju Desa Olu terpaksa harus menggunakan perahu motor, karena tidak ada prasarana jalan yang menghubungkan lima desa di wilayah ini. Rencana pembangunan jalan lingkar sudah menjadi agenda prioritas bagi Pemkab Sigi.

Dari beberapa agenda yang telah ditetapkan pemkab di Lindu, dua di antaranya sudah terlaksana yakni jalan dan listrik. Jalan yang sebelumnya hanya bisa dilewati kendaraan sepeda motor, kini sudah bisa untuk mobil, tetapi kualitasnya juga tentu akan ditingkatkan lagi. Begitu juga dengan listrik, masyarakat Lindu yang selama bertahun-tahun mendambakan penerangan listrik dari PLN, kini sudah terealisasi.

Dengan begitu masyarakat bisa mengembangkan ekonomi kerakyatan yang ada di wilayah ini menjadi suatu produk unggulan yang dapat meningkatkan ekonominya.
Usaha-usaha kecil rumah tangga sudah bisa dikembangkan dengan adanya listrik, jaringan telekomunikasi dan prasarana jalan yang telah terbuka untuk kendaraan jenis mobil.

Masyarakat di Kecamatan Lindu harus produktif dan inovatif dalam menciptakan suatu usaha kecil menjadi sumber-sumber penghasilan yang kelak mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, seperti halnya masyarakat yang ada di wilayah-wilayah lain di Kabupaten Sigi yang tingkat ekonomi semakin meningkat. Lindu, kata Bupati Irwan, ada danau yang indah dan dapat menjadi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan mancanegara.

Selain membangun jalan lingkar mengelilingi danau, Pemkab Sigi juga akan memperjuangkan pembangunan jalan dari Lindu menuju Desa Karunia di Kecamatan Palolo.

Menurut dia, jalan ini sangat penting, untuk proses evakuasi jika terjadi bencana alam di Kecamatan Lindu karena termasuk wilayah yang rawan gempa bumi dan tanah longsor.
Sebagai contoh ketika gempa bumi terjadi pada beberapa waktu lalu, akses jalan menuju Lindu dari Desa Sadaunta putus total karena tertimbun longsor sehingga untuk menuju wilayah tersebut, bupati bersama gubernur Sulteng harus menggunakan helikopter.

Oleh karena itu, harus ada jalur alternatif lainnya yakni jalan dari Lindu menuju Kecamatan Palolo. Tetapi, karena melewati kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu, perlu mendapatkan izin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
 

Pewarta: Anas Masa
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait