mengurangi beban warga dalam menghadapi situasi krisis akibat wabah COVIS-19
Jakarta (ANTARA) - Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) menyiapkan 60 psikolog untuk melayani konsultasi psikologi terkait COVID-19 secara daring melalui nomor WhatsApp yang bisa diakses masyarakat.

Koordinator tim psikolog MCCC, Ratna Yunita, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan para ahli psikologi melalui program Layanan Dukungan Psikososial (LDP) itu agar membantu warga dan tenaga kesehatan mengatasi kecemasan terhadap COVID-19.

"Ada 60 psikolog dari berbagai universitas, lembaga maupun individual yang ditugaskan untuk melayani warga dengan jam-jam konsultasi yang sudah ditentukan," kata psikolog dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta itu.

Nita mengatakan kecemasan-kecemasan soal COVID-19 bisa menimbulkan tekanan dan bisa mengganggu mental seseorang. "Dalam jangka waktu lama kondisi itu bisa berpengaruh pada imunitas tubuh kita," kata dia.

Baca juga: Psikolog RSUP Sanglah buka konseling kesehatan mental saat COVID-19

Dia mengingatkan seiring maraknya informasi hoaks terkait COVID-19 maka warga agar selektif menerima informasi. Informasi hoaks tersebut juga dapat meningkatkan kecemasan warga, bahkan bisa membuat warga salah mengambil sikap dan berujung pada hal-hal membahayakan.

Nita mengatakan bagi warga yang ingin berkonsultasi dapat menghubungi admin LDP MCCC melalui nomor WhatsApp 0878-3885-8381 (Nita), 0878-9469-6641 (Dewi) dan 0882-1661-8700 (Khotim) kemudian mengisi form yang disediakan.

"Setelah mengisi form, konfirmasi ke admin selanjutnya admin akan menghubungkan warga dengan psikolog yang bertugas sesuai jadwalnya melalui kontak WhatsApp," kata dia.

Konsultasi psikologi gratis tersebut, kata dia, efektif sejak dibuka pada 1 April dan akan berlangsung hingga akhir September 2020.

"Kami berharap upaya ini dapat memberikan sumbangsih mengurangi beban warga dalam menghadapi situasi krisis akibat wabah COVIS-19 ini," katanya.

Menurut dia, perkembangan reaksi warga masyarakat terkait wabah COVID-19 dari hari ke hari menunjukkan kecemasan yang cenderung meningkat seperti warga yang takut karena tetangganya berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) hingga penolakan jenazah pasien corona yang terjadi di beberapa daerah.

Warga yang menolak jenazah pasien COVID-19, kata dia, bahkan berani berkonflik dengan para petugas dari kepolisian yang mengawal pemakaman.

Selain warga, kata dia, kecemasan bisa juga dialami tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan penanganan pasien COVID-19. Kecemasan dipicu risiko dan kondisi kerja yang dihadapi, kelangkaan Alat Perlindungan Diri (APD) hingga timbulnya kasus penolakan warga terhadap nakes yang kos/ngontrak di lingkungan warga.


Baca juga: Psikolog: Berfikir sehat dan hindari kecemasan berandil melawan corona

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020