Saya ajak untuk bikin masker, untuk menyambung hidup mereka
Bandung (ANTARA) - Seorang ibu bernama Ruke Mabu (58) yang berprofesi sebagai guru, Selasa siang, memperingati Hari Kartini dengan berkeliling Kota Bandung sambil membagikan masker berbahan kain hasil jahitannya sendiri kepada masyarakat.

Sambil berkebaya merah, ia mengendarai motor Vespa antiknya menghampiri orang-orang yang berada di pinggir jalan untuk memberi perhatian terhadap bahayanya penularan virus corona baru atau COVID-19.
 

"Secara kebetulan saya itu bisa menjahit sedikit, saya ingat di televisi itu heboh soal kekurangan masker. Lalu saya menemukan kain di rumah, lalu saya jahit," kata Ruke saat ditemui di Polrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Selasa.
 

Gerakan berbagi masker itu dilakukan Ruke bukan tanpa sebab. Ia merasa tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dalam perayaan peringatan Hari Kartini.
 

Pada tahun-tahun sebelumnya, ia bersama ratusan perempuan pengendara Vespa lainnya mengadakan kegiatan peringatan Hari Kartini dengan berkeliling kota sambil melakukan sosialisasi tentang pentingnya keselamatan berkendara.
 

Namun pada tahun ini, ia merasa perjuangan Ibu Kartini perlu tetap diperingati meski dalam situasi darurat akibat COVID-19. Salah satunya dengan membagikan 1.000 masker kepada masyarakat.
 

Sebagian masker yang ia bagikan, juga disalurkan kepada masyarakat melalui bantuan pihak Polrestabes Bandung. Selain itu di kompleks Polrestabes Bandung, ia tetap membagikan kepada anggota kepolisian serta masyarakat yang berada di lokasi.

Baca juga: Astari Pranindya, dokter perempuan dalam pusaran pandemi

Baca juga: Kisah Rochma Firdaus "Srikandi" pengagas Gerakan Sedekah Nasi

 

Dia menuturkan, awalnya ia menjahit masker itu hanya sekedar iseng saja. Setelah ia membagikan masker di lingkungan keluarganya, niat baik nya itu mendapat respons yang positif.
 

"Lalu anak teman saya minta sebanyak 350 buah masker, kemudian ada yang pesan sampe 7.000 buah ribu," katanya.
 

Dalam proses produksinya, ia memberdayakan warga di lingkungannya yang dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Bersama 10 orang tetangganya, ia memproduksi masker secara massal.
 

"Saya ajak untuk bikin masker, untuk menyambung hidup mereka juga, mereka senang sekali (membuat masker) karena lagi dirumahkan," katanya.
 

Saat proses pemasaran, ia mengaku tidak mengambil untung yang cukup besar. Satu buah masker berbahan kain produksinya itu ia patok dengan harga Rp2.500.
 

Namun setelah semua pesanan terpenuhi, kata dia, masih banyak kain yang tersisa dan masih bisa dijadikan masker. Maka dari itu ia berniat untuk membagikan sisa produksi kepada masyarakat di Kota Bandung.

Baca juga: Kowani : Perempuan paling terdampak COVID-19

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020