Jakarta (ANTARA) - Penyebaran wabah COVID-19 di wilayah konflik perlu dicegah dan diwaspadai, agar tidak menjadi episentrum baru.

“Jangan sampai kita melupakan orang-orang di wilayah konflik, karena bisa mengakibatkan gelombang lanjutan (wabah ini),” kata Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Grata Endah Werdaningtyas dalam sesi seminar secara daring mengenai "Diplomasi Multilateral Indonesia di tengah COVID-19", dari Jakarta, Kamis.

Menurut Grata, perkembangan di sejumlah wilayah konflik perlu terus dimonitor karena masih saja ada aktor-aktor yang mengeksploitasi kekacauan situasi akibat wabah tersebut.

Salah satu contohnya adalah kelompok ISIS, yang beberapa waktu lalu kembali melancarkan serangan di Irak dan Suriah karena negara utama yang selama ini melawan mereka harus mengembalikan sumber dayanya ke dalam negeri guna menangani dampak COVID-19.

“Karena ada vacuum of power yang justru mereka manfaatkan untuk melakukan serangan lagi. Jadi memang ada eksploitasi dari aktor-aktor yang sangat tidak bertanggungjawab,” ujar Grata.

Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, kata dia, Indonesia perlu terus menaruh perhatian terhadap penanganan pandemi di wilayah konflik.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga telah merilis seruan Global Ceasefire Movement, atau kampanye gencatan senjata secara global.

Seruan ini mendapat sambutan baik dari pihak-pihak yang berkonflik, salah satunya aliansi pimpinan Arab Saudi yang mengumumkan gencatan senjata sepihak atas konflik di Yaman.

Gencatan senjata sepihak yang telah berlangsung selama lebih dari dua pekan itu menunjukkan bahwa di tengah situasi konflik dan pandemi, masih ada pihak-pihak yang bersedia mencari solusi bersama, tutur Grata.

Baca juga: Idlib hanya punya satu alat periksa COVID-19
Baca juga: Krisis COVID-19, Taliban dan Afghanistan runding damai via Skype


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020