Di sini akal pikiran kita juga ikut berpuasa
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi menyampaikan tiga tingkatan orang berpuasa menurut pendapat Imam Ghazali, yaitu puasanya orang awam, khusus dan sangat khusus.

"Puasa yang dimensinya ritual formal, ritual mencegah melakukan segala yang membatalkan seperti makan, minum, bersetubuh dengan pasangan sah, ini disebut puasanya orang awam," kata Zainut dalam telekonferensi Obroloan Seputar Soal Islam (Obsesi) yang dipantau dari Jakarta, Senin.

Dia mengatakan tingkatan orang berpuasa berikutnya adalah puasa khusus dengan ritual formal ditambah spiritual sehingga melebihi golongan awam. Puasa awam hanya berhenti pada ritual formal saja. Sementara puasa orang khusus ini ditambah dengan puasa melalui panca inderanya.

Kemudian, kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, tingkatan ketiga adalah puasa sangat khusus. Jenis puasa ini dimensinya sampai pada tingkatan intelektual.

Baca juga: Syahrut tarbiyah, mendidik anak melaksanakan puasa Ramadhan

Baca juga: Kepedulian sosial bantu masyarakat meningkat saat pandemi COVID-19


"Menahan lapar, dahaga, nafsu, panca indera, menghindari yang dilarang hati nurani. Di sini akal pikiran kita juga ikut berpuasa," katanya.

Wamenag mengatakan puasa dari kelompok orang yang sangat khusus itu dapat menemukan jati dirinya. Orang yang dapat mengetahui dirinya maka dia dapat mengenal Tuhannya (man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu).

Zainut mengibaratkan puasa itu seperti proses menghidupkan ulang (restart) komputer. Manusia akan memulai kembali dengan sesuatu yang segar setelah komputer tersebut dimatikan.

"Proses 'restart' itu penting karena metode itu untuk mengintegrasikan 'software' atau rohani dan 'hardware' atau jasmani. Jangan sampai puasa ini hanya mendapat lapar dan dahaga saja," katanya.

Baca juga: Wamenag: Kuatkan solidaritas saat Ramadhan

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020