Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa ibu dengan lupus berisiko mengalami keguguran berulang sehingga dibutuhkan penanganan serta pemantauan ketat terkait aktivitas penyakitnya tersebut.

"Memang berisiko keguguran berulang biasanya kalau lupusnya sedang aktif, tapi masih mungkin untuk bereproduksi," kata Konsultan Alergi Imunologi Anak IDAI Dr Reni Ghrahani Dewi Majangsari saat diskusi daring "Mengenali Lupus Pada Anak" di Jakarta, Selasa.

Sehingga dengan adanya kondisi tersebut dibutuhkan pemantauan yang ketat dari dokter yang merawat ibu atau penderita lupus. Sebab, dalam keadaan terkontrol, obat yang dikonsumsi juga dapat diatur sehingga bisa bereproduksi.

Baca juga: IDAI: Beri dukungan bagi anak penderita lupus

Terkait risiko secara genetik, jika ibu yang menderita lupus memiliki keturunan maka kemungkinan penyakit yang sama diderita oleh sang anak sebenarnya sangat kecil.

"Tidak disebutkan bahwa orang tua lupus, anak akan menjadi lupus juga. Dari beberapa laporan disebutkan hanya berpotensi lima persen saja. Memang ada, tapi angkanya sangat kecil," kata dia.

Apalagi perlu diingat, kata dia, bila seorang anak memiliki potensi tetap saja belum tentu ia juga akan terkena penyakit tersebut.

Baca juga: IDAI ajak warga kenali penyakit lupus pada anak sejak dini

Secara umum, ia menjelaskan penting untuk mendiagnosis anak yang diwaspadai terkena lupus dengan melihat pada tanda dan gejala di antaranya demam tanpa sebab yang jelas, bolak-balik berobat karena panas badan serta biasanya ditemukan sendi yang bengkak dan nyeri.

Kemudian, mungkin ditemukan ruam pada kulit walaupun tidak semua anak memiliki tanda ini, rambut yang menipis, mudah lelah, sariawan di langit-langit namun tidak nyeri serta di beberapa keadaan tertentu ada nyeri dada atau sesak.

"Ada juga dengan keluhan sensitif terhadap sinar matahari. Kalau ini memang nantinya harus menghindari berjemur dengan sinar matahari karena dapat memperparah penyakitnya," katanya.

Secara umum ia berharap anak-anak dengan penyakit lupus tetap dapat tumbuh normal dengan menjalani pengobatan yang optimal serta pertumbuhannya diperhatikan. Sebab, lupus ialah penyakit sistemik yang bisa mengganggu tumbuh kembang anak.

"Harapan kita dan targetnya ialah penyakitnya dapat dikontrol, tumbuh kembangnya baik dan anak bisa memiliki kualitas hidup yang baik pula," ujarnya.

Baca juga: IDAI sarankan pengaturan pelaksanaan imunisasi anak semasa pandemi
Baca juga: IDAI: Imunisasi tetap dapat dilakukan saat pandemi COVID-19
Baca juga: IDAI sarankan seluruh sekolah diliburkan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020