Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, di Palu, Ahad, mengemukakan Idul Fitri 1441 Hijriah Tahun 2020 idealnya menjadi momentum yang tepat untuk memupuk, membangkitkan kembali persaudaraan antarsesama manusia tanpa melihat latar belakang apapun.

"Sebab inti dari ajaran Islam setelah beriman kepada Allah, adalah kesempurnaan moral atau akhlak," ucap Prof Dr H Zainal Abidin MAg.

Pernyataan itu sesuai dengan Rasulullah SAW yang menegaskan dalam sabdanya, ”Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.

Artinya, kata Prof Zainal, iman dan akhlak adalah dua hal yang tak terpisahkan. Akhlak mulia adalah manifestasi yang terpancar dari iman yang kokoh.

Baca juga: HNW laksanakan Shalat Id di rumah, tidak kurangi kekhusyuan ibadah

Baca juga: Pejabat dan masyarakat sebagian besar Shalat Id di rumah


Prof Zainal yang merupakan Guru Besar sekaligus Rektor Pertama IAIN Palu mengemukakan Islam sangat menganjurkan umatnya untuk membangun kehidupan yang harmoni melalui toleransi sosial dengan memperbaiki hubungan bertetangga.

Ketua FKUB Sulteng ini menyebut, Nabi SAW memberi teladan tentang hubungan bertetangga antar-iman, bahkan begitu istimewanya para tetangga sampai-sampai para sahabat Nabi mengkhawatirkan jangan-jangan para tetangga itu akan mendapatkan warisan dari tetangganya yang meninggal.

"Bertetangga adalah menjalin hubungan sosial kemasyarakatan dan itu ada prinsip-prinsip universalnya yaitu tolong menolong tanpa pamrih dan tidak saling mengganggu. Tidak dapat disangkal, ditolak, apalagi dinafikan bahwa Kebhinekaan dalam segala hal di dunia ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Bahkan, merupakan sunnatullah dan bagian dari tanda-tanda Kemahakuasaan Tuhan," katanya.

Harmoni kehidupan bertetangga adalah modal sosial yang perlu dipupuk dan ditumbuhkembangkan. Kearifan universal bertemu dengan kearifan lokal. Tak ada keberhasilan pembangunan tanpa didukung oleh keharmonisan para pelakunya yang lintas etnis, RAS, agama, profesi dan seterusnya.

Prof Zainal yang juga Rois Syuria NU Sulteng menilai, jika setiap pemeluk agama masing-masing menjalankan ajaran agamanya dengan baik, benar, dan utuh, pasti akan melahirkan sikap toleran, saling menghormati hak-hak orang lain, tolong-menolong sesama manusia, dan menghargai kebebasan beragama.

"Inilah yang disebut oleh pakar agama dengan sebutan ”mewujudkan tata dunia baru agama-agama” yaitu agama yang datang bukan untuk peperangan atau permusuhan, tetapi perdamaian dan kemaslahatan serta kesejahteraan umat manusia," ungkapnya.

Sebagaimana salah satu sifat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. sebagai pengejawantahan dari misi kerahmatan yang diemban oleh beliau adalah sikap toleransi, dan sebagai Umat Muhammad, kita adalah penerus pengemban misi tersebut.

Sikap saling menghormati dan menghargai sesama warga masyarakat serta tidak saling mencurigai adalah cerminan dari seorang Muslim sejati. Sikap ini pun diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW.

Bulan Ramadhan, menurut dia, adalah bulan untuk mengasah kepekaan sosial, memupuk kesadaran akan kepedulian terhadap sesama, dan berempati terhadap kaum dhu’afa.

Setelah merasakan lapar-dahaga sebulan penuh, Ramadhan ditutup dengan kewajiban menunaikan zakat fitrah. Ada pesan tegas yang tersirat bahwa dil uar sana banyak orang yang saban hari merasakan lapar-dahaga, maka santunilah mereka.

"Bila kita memberikan sebahagian kesenangan itu kepada mereka, janganlah dianggap sebagai anugerah, karena memang itu adalah haknya. Sebaliknya, bila kita tidak peduli terhadap derita mereka, apalagi merebut peluang mereka untuk hidup layak, berarti kita telah berbuat zalim," ucap Prof Zainal yang juga Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat.*

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Shalat Id di rumah dinas dan silaturahim virtual

Baca juga: Perantau Gang Kelinci laksanakan Shalat Id di atas atap indekos

 

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020