Jakarta (ANTARA) - Human Rights Watch melaporkan telah menemukan atlet anak-anak di Jepang kerap menderita kekerasan fisik dan verbal dan terkadang kekerasan seksual ketika berlatih untuk olahraga setelah mendokumentasikan pengalaman lebih dari 800 atlet dalam 50 cabang olahraga.

Laporan setebal 67 halaman yang dirilis Senin berjudul "Aku dipukul berkali kali sehingga tak dapat kuhitung" melihat sejarah hukuman fisik dalam olahraga di Jepang dan termasuk catatan pertama para atlet yang ditinju, ditendang, dan dicambuk.

Laporan tersebut muncul pada pekan yang seharusnya menandai awal Olimpiade Tokyo seandainya tidak terjadi pandemi virus corona. Olimpiade sekarang ditunda setahun.

"Selama beberapa dekade, anak-anak di Jepang telah dipukul secara brutal dan dilecehkan secara verbal atas nama memenangi trofi dan medali," kata Minky Worden, direktur inisiatif global Human Rights Watch (HRW), dalam pernyataannya seperti dilaporkan Reuters, Senin.

Baca juga: Atlet triatlon Korsel bunuh diri karena kekerasan fisik pelatihnya

Pada 2013, Komite Olimpiade Jepang menjanjikan akan mengambil langkah-langkah untuk menghapus kekerasan di antara federasi olahraga mereka setelah survei internal mengungkapkan lebih dari 10 persen atletnya telah menjadi korban perundungan dan pelecehan.

Mereka juga memotong pendanaan untuk federasi judo pada saat setelah para pelatih diketahui melakukan kekerasan fisik terhadap atlet putri.

Namun HRW mengatakan bahwa yang telah dilakukan saat itu belum cukup dan menuntut organisasi seperti Dewan Olahraga Jepang dan JOC menggunakan Olimpiade yang akan datang sebagai katalis untuk perubahan.

JOC tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Laporan tersebut berdasarkan wawancara dengan lebih dari 50 atlet dan mantan atlet, melalui survei dalam jaringan yang menarik lebih dari 757 tanggapan dan pertemuan dengan delapan organisasi olahraga Jepang.

Dari 381 responden survei yang berusia 24 tahun atau lebih muda, 19 persen mengindikasikan mereka telah dipukul, ditinju, ditampar, ditendang, dihempaskan ke lantai atau dipukul dengan benda ketika berpartisipasi dalam olahraga. Pengalaman-pengalaman ini terjadi dalam sedikitnya 22 olahraga yang berbeda, kata laporan tersebut.

"Pelatih mengatakan kepada saya bahwa saya tidak cukup serius dengan berlari, maka kami semua dipanggil kepada pelatih dan saya dipukul di wajah di hadapan semua orang. Saya berdarah, tapi dia tidak berhenti memukuli saya," kata laporan tersebut mengutip yang dikatakan seorang atlet profesional yang diberi nama samaran Daiki A.

Delapan belas persen dilaporkan mengalami kekerasan verbal, dan lima melaporkan mengalami kekerasan seksual atau pelecehan ketika berpartisipasi dalam olahraga sebagai anak-anak.

Baca juga: Rekan atlet triathlon Korsel yang tewas, beberkan kekerasan pelatih

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020