Jakarta (ANTARA) - Aktivitas dan perilaku anak selama satu hari dapat mempengaruhi kualitas di malam hari, tidak sedikit juga yang mengalami mimpi buruk dan teror tidur sehingga menyebabkannya terbangun.

Dokter spesialis anak dari ZAP Premier, dr. Eugenia Permatami Herwansyah, SpA mengatakan pada anak usia 3-5 tahun terdapat beberapa masalah gangguan tidur. Hal tersebut disebabkan karena stres aktivitas yang dia lakukan pada siang hari.

Ada dua penyebab umum yang membuat anak terbangun di malam hari yakni nigthmare atau mimpi buruk dan teror tidur. Mimpi buruk merupakan keadaan di mana dia terbangun di tengah malam, bisa dengan menjerit atau menangis.

Baca juga: Penyebab gangguan tidur pada anak

Baca juga: Alasan mengapa anak-anak harus tidur nyenyak di malam hari


Pada hari berikutnya, anak tersebut dapat menceritakan kembali dengan jelas apa yang dialaminya tentang mimpi semalam. Sedangkan teror tidur, anak sama sekali tidak sadar dengan apa yang terjadi pada malam hari, meski sama-sama terbangun dengan teriakan dan tangisan.

"Kalau night terror ini, dia bisa terbangun dan buka mata tapi dia tidak sadar. Dia teriak, ditenangin langsung bisa tidur lagi. Kalau mimpi buruk, itu apa yang terjadi di siang hari kebawa mimpi dan si anak ingat banget mimpinya," ujar dr. Eugenia dalam bincang-bincang daring pada Kamis (30/7)

"Dia besoknya bisa menceritakan ulang mimpinya seperti apa. Kalau night teror dia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan. Ketika pagi kita bilang, 'Adik kamu semalam kenapa' dan kita ceritakan, dia tidak akan ingat. Ini mirip juga dengan berjalan saat tidur. Itu terjadi di alam bawah sadarnya," kata dr. Eugenia melanjutkan.

dr. Eugenia mengatakan penyebab dari mimpi buruk dan teror tidur adalah aktivitas serta perilaku anak di siang hari. Stres atau kondisi yang tidak menyenangkan menjadi pemicu utama anak mengalami mimpi buruk.

"Pada saat tidur tidak hanya berkaitan dengan kognitif tapi ada aktivitas motorik di otak depan yang menyimpan memori-memori aktivitas di siang hari baik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan," kata dr. Eugenia.

"Terus di situ diproses dan akhirnya saat tidur akan memiliki koneksi dan terbawa dalam tidur. Kalau memang peristiwa tersebut sangat tidak mengenakkan maka bisa tiba-tiba terbangun," ujar dr. Eugenia melanjutkan.

Baca juga: Ketika cahaya jadi polusi di langit Jakarta

Baca juga: Alasan pola tidur berubah saat usia menua

Baca juga: Orang dewasa juga butuh pola tidur rutin

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020