Masyarakat kini banyak beralih menggunakan pembayaran nontunai berbasis digital
Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menggandeng anggota Gerakan Pramuka dari provinsi setempat sebagai duta QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) agar kebijakan sistem pembayaran nontunai berbasis digital itu semakin diterima masyarakat dan penggunaannya kian meluas.

"Khususnya bagi adik-adik anggota Pramuka sebagai kaum milenial penggerak perubahan, kami harapkan transaksi nontunai berbasis digital dan 'contactless' dengan QRIS ini dapat terus meningkat," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, Rabu.

Dalam talkshow secara daring bertema "QRIS Gaya Transaksi Pramuka di Tatanan Era Baru" itu, menurut Trisno, penggunaan transaksi nontunai berbasis digital merupakan salah satu upaya untuk memutus rantai penularan COVID-19.

"Sekaligus ini bentuk kontribusi pada peningkatan kinerja perekonomian. Selain itu, QRIS dapat mendukung Pramuka go-digital," ucapnya.

QRIS, kata Trisno, merupaka salah satu kebijakan Bank Indonesia yang mendukung sistem pembayaran nontunai berbasis digital. QRIS bukanlah aplikasi, melainkan kebijakan standardisasi QR Code Pembayaran sehingga satu QR dapat dibaca oleh semua aplikasi.

"Kebijakan ini ternyata menjadi salah satu solusi untuk bertransaksi aman dan sehat di tengah pandemi COVID-19 sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Bali No 3355 tentang Protokol Tatanan Kehidupan Bali Era Baru, karena tidak membutuhkan kontak fisik baik langsung maupun tidak langsung dalam prosesnya," ujarnya.

Sampai dengan Agustus 2020, telah disetujui sebanyak 38 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang dapat melaksanakan kegiatan pemrosesan transaksi QRIS.

Penggunaan QRIS di wilayah Bali juga meluas, tercatat hingga 7 Agustus 2020 jumlah pedagangt QRIS telah mencapai 116.538 pedagang atau meningkat sebesar 357 persen dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019.

"Selain itu, selama pandemi COVID-19, yaitu sejak Maret hingga Agustus ini, jumlah pedagang QRIS di Bali tercatat meningkat sebesar 82 persen. Pedagang di sini tidak hanya pedagang atau restoran, tetapi juga rumah sakit, koperasi, hingga lembaga sosial dan tempat ibadah," ucap Trisno.

Trisno menambahkan, pergeseran interaksi antar manusia pada masa pandemi COVID-19 yang mengedepankan CHSE atau faktor cleanliness (bersih), health (sehat), safety (aman), and environmental (lingkungan) mendorong percepatan perubahan pola pikir dan pola transaksi masyarakat dari konvensional dan tunai menjadi serba daring dan nontunai.

"Masyarakat kini banyak beralih menggunakan pembayaran nontunai berbasis digital seperti internet banking, mobile banking, dan yang saat ini yang paling sering digunakan adalah sistem pembayaran menggunakan QR Code," ucapnya.

Dalam acara tersebut menghadirkan tiga narasumber yakni Ketua Kwarda Bali I Made Rentin yang menyampaikan pandangan dan komitmen Pramuka Bali dalam mendukung tatanan kehidupan era baru melalui transaksi QRIS.

Kemudian Direktur Utama BPD Bali I Nyoman Sudharma yang memberikan pemaparan tentang sistem pembayaran berbasis digital dalam tatanan kehidupan era baru dari sisi perbankan. Narasumber terakhir, Deputi Direktur Bank Indonesia Agus Sistyo yang menyampaikan arah kebijakan dan strategi BI di bidang sistem pembayaran yang mendukung tatanan kehidupan era baru.

Baca juga: BI dorong kebangkitan UMKM-wisata di Bangli berbasis QRIS
Baca juga: BI: Penggunaan QRIS dorong percepatan kebangkitan ekonomi Bali

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020