Pontianak (ANTARA) - Polsek Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, menitipkan AML (35) yang menjabat sebagai Kasi Pemerintahan Desa Tanah Hitam, tersangka pengedar uang palsu di sel Mapolres Sambas.

"Untuk tersangka saat ini, telah kami titipkan di sel Mapolres Sambas, tetapi proses penyidikan tetap kami yang melakukannya," kata Kapolsek Paloh Ajun Komisari Polisi (AKP) Eko Andi Sutejo saat dihubungi di Paloh, Minggu.

Dia menjelaskan hingga saat ini pihaknya belum menemukan korban lain dari tersangka itu. "Hingga saat ini kami juga belum menemukan hal yang baru terkait kasus uang palsu tersebut," ungkapnya.

Baca juga: Warga Paninjauan tangkap pengedar uang palsu

Sebelumnya, Rabu (19/8) Polsek Paloh menangkap AML (35) yang menjabat sebagai Kasi Pemerintahan Desa Tanah Hitam karena diduga telah mengedarkan uang palsu pecahan Rp100 ribu sebanyak 69 lembar untuk pembayaran honorarium Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Tanah Hitam tahun anggaran 2020.

Dalam kasus itu, ada 10 korban, dua diantaranya adalah Bendahara dan Kepala Desa Tanah Hitam Kecamatan Paloh, sementara delapan orang adalah masyarakat setempat.

Dia menjelaskan uang tersebut dibuat oleh tersangka di kediamannya di Dusun Peria, Desa Tanah Hitam, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, menggunakan mesin foto copy.

"Uang tersebut dicetak selama tiga hari berturut turut, mulai 4 sampai dengan 6 Agustus 2020 yang kemudian diedarkan, Jumat (7/8) sekitar pukul 14.00 WIB, di Kantor Kepala Desa Tanah Hitam, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas," ungkapnya.

Saat dilakukan penggeledahan di kediaman tersangka, ditemukan berbagai barang bukti berupa tujuh lembar uang rupiah asli pecahan Rp100 ribu; kemudian satu unit printer merk EPSON serie L3110; satu buah gunting kertas ukuran sedang; satu rim kertas Hvs putih A4; dan satu buah penggaris kertas.

"Juga ditemukan lima lembar daftar penerimaan uang honorium, kemudian satu lembar bukti pencairan SPP tertanggal 29 Juli 2020 senilai Rp2,6 juta; satu lembar bukti pencairan SPP tertanggal 29 Juli 2020 sebesar Rp21 juta," kata Eko.

Baca juga: Polisi Pelabuhan Tanjung Perak ungkap peredaran uang palsu

Dalam membuat uang palsu tersebut, tersangka memfotocopy uang kertas pecahan Rp100 ribu dengan warna yang serupa dengan asli.

Dia menambahkan, guna mengelabui para korbannya, uang palsu tersebut dicampur dengan uang asli, selanjutnya diserahkan kepada para korban selaku penerima uang honorium dan insentif tersebut.

"Uang palsu tersebut, tujuannya mengganti uang honorarium dan insentif yang sebelumnya sudah diterima oleh tersangka, karena uangnya telah dipakai untuk kepentingan pribadi," kata Eko.

Kapolsek Paloh menambahkan tersangka diancam pasal 36 ayat (1) dan ayat (3) Undang Undang RI Nomor 7 tahun 2011 tentang mata uang, dengan ancaman pidana penjara paling lama 15 tahun, dan pidana denda paling banyak Rp50 miliar.

Baca juga: Polres Payakumbuh meringkus dua orang pengedar uang palsu

Pewarta: Andilala
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020