Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengingatkan ancaman virus dapat menjadi senjata yang dapat menghancurkan negara dan mengancam kesejahteraan manusia.

Dalam Upacara Pembukaan Pendidikan Mahasiswa Universitas Pertahanan jenjang S1, S2 dan S3 yang disiarkan daring, Sabtu, Prabowo Subianto mengatakan ancaman terhadap bangsa di masa datang sudah terlihat sekarang dengan adanya wabah COVID-19.

"Virus dapat menjadi senjata untuk menghancurkan peradaban manusia, untuk menghancurkan negara-negara, virus dapat merusak pangan kita, virus dapat menghancurkan masyarakat atau tentara sebelum satu peluru pun meletus," ujar Prabowo Subianto.

Dari pengalaman yang dialami dunia sekarang, ucap dia, pandemi COVID-19 berhasil memperlambat kehidupan peradaban manusia di seluruh dunia dan mengancam kesejahteraan seluruh bangsa, tidak terkecuali Indonesia.

Baca juga: Menhan Prabowo cek kesiapan Unhan membuka fakultas dan prodi baru

Untuk menghadapi ancaman virus, ia mengingatkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan farmasi.

"Perang yang akan datang bisa saja menggunakan senjata-senjata baru yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia," tutur Prabowo Subianto.

Penguasaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dikatakannya akan membantu bangsa mandiri dan tidak tergantung kepada negara-negara lain.

Secara spesifik di lingkungan pertahanan, khususnya TNI, ia merasa perlu untuk mencetak kader yang terbaik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada pun untuk ancaman virus corona terbaru, di Indonesia sudah terdapat kasus positif sebanyak 165.887 hingga Sabtu, dengan penambahan terbaru sebanyak 3.003 yang merupakan penambahan terbanyak sejauh ini. Sementara pasien yang sembuh sebanyak 120.900 orang dan meninggal 7.169 orang.

Baca juga: Menhan Prabowo kembali terima bantuan alat kesehatan dari China

Baca juga: Idul Fitri, Prabowo beri hormat tenaga medis melawan COVID-19

Baca juga: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tempuh S3 di Unhan Indonesia

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020