Kami mencatat sepanjang kuartal II 2020 ada 260 juta transaksi dengan rata-rata lebih dari 2,8 juta transaksi harian. Ini meningkat 130 persen dibanding tahun lalu dan ini indikator positif bagi industri e-commerce
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 disebut pelaku bisnis perdagangan secara elektronik (e-commerce) mengubah tren belanja konsumen mulai dari semakin banyaknya belanja kebutuhan rumah hingga belanja untuk memenuhi hobi.

Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja dalam diskusi daring "Peran E-Commerce Jaga Roda Ekonomi di Tengah Pandemi", Selasa, mengatakan perubahan itu terlihat dari transaksi yang terjadi di marketplace yang berbasis di Singapura itu.

"Contohnya begitu pandemi mulai, ada perubahan ke bahan pokok, makanan, minuman sembako, atau barang-barang yang bisa dipakai masak di rumah. Mungkin karena lebih bersih, higienis masak di rumah," katanya.

Perubahan lainnya, banyak orang yang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hobi yang biasanya dilakukan di luar rumah, kini dilakukan di rumah. Misalnya, olahraga dari rumah, hingga berbelanja tanaman atau dekorasi rumah.

"Jadi itu, perubahan ke arah bahan pokok yang tadinya beli di offline sekarang lewat e-commerce. Tren perubahan habit (kebiasaan) orang dulu di luar, sekarang dilakukan di rumah," katanya.

Handhika pun menilai perubahan yang ada jadi pelajaran bagi Shopee untuk terus berkembang. Pihaknya melihat perubahan yang terjadi akan berlangsung dalam jangka panjang karena pandemi mempercepat adopsi e-commerce dan aplikasi digital dalam kehidupan masyarakat.

"Kami mencatat sepanjang kuartal II 2020 ada 260 juta transaksi dengan rata-rata lebih dari 2,8 juta transaksi harian. Ini meningkat 130 persen dibanding tahun lalu dan ini indikator positif bagi industri e-commerce," kata Handhika.

Sementara itu, perusahaan jasa pengiriman yang fokus melayani e-commerce J&T Express juga mencatat perubahan pola belanja konsumen yang tadinya berbelanja produk ringan menjadi produk yang lebih berat secara volume.

CEO J&T Express Robin Lo menyebut hal itu ia simpulkan berdasarkan apa yang terjadi dalam bisnis perusahaan tersebut selama pandemi berlangsung.

"Kami lihat, tadinya masyarakat Indonesia banyak belanja yang lebih ringan seperti fesyen atau kosmetik. Tapi saat pandemi, kebiasaan itu berubah, mereka berbelanja sesuatu yang lebih berat seperti makanan atau minuman, kebutuhan dapur. Karena mungkin orang jarang keluar dan lebih banyak masak sendiri," katanya.

Dengan tren yang ada dan melihat prediksi pandemi yang belum akan berakhir dalam waktu dekat, Robin memprediksi peningkatan pengiriman barang dari transaksi e-commerce akan mencapai 50 persen hingga akhir tahun dibandingkan tahun lalu.

"Maret-Juli itu peningkatannya itu 40 persen dibanding tahun lalu. Biasanya kita lihat itu tidak akan sedrastis itu. Kita tidak tahu, pandemi ini kalau lihat di berita mungkin tidak akan berakhir dalam waktu dekat ini. Jadi otomatis masyarakat akan membiasakan diri lebih banyak belanja online. Menurut saya peningkatan hingga akhir tahun akan bisa mencapai 50 persen," katanya.  


Baca juga: Mendag sebut e-commerce solusi optimalkan perdagangan saat pandemi

Baca juga: Tampung UMKM, Presdir BCA minta bank boleh buat "platform e-commerce"

Baca juga: J&T Express sebut lonjakan pengiriman paket 40 persen selama pandemi


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020