New York (ANTARA) - Indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi hampir enam minggu pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dan mata uang berisiko jatuh karena investor mencari keamanan serta pasar saham global anjlok di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 dan ketidakpastian seputar pemilihan AS November.

Euro, dolar Australia, dan crown Norwegia jatuh terhadap greenback, serta ekuitas di Wall Street anjlok, karena ancaman lockdown terkait pandemi baru di Inggris dan negara-negara lain di Eropa memicu kekhawatiran tentang pemulihan global.

Ketika para investor cemas tentang kemampuan Kongres AS untuk mencapai kesepakatan bagi lebih banyak stimulus fiskal, ketidakpastian diperburuk oleh kematian hakim Mahkamah Agung AS Ruth Bader Ginsburg pada Jumat (18/9/2020), ikon liberal.

Presiden Donald Trump mengatakan dia akan memilih untuk menggantikan Ginsburg minggu ini, ketika dia berusaha untuk memperkuat mayoritas konservatif 6-3 di pengadilan tertinggi AS itu menjelang pemilihan pada 3 November.

"Ini adalah lingkungan penghindaran risiko klasik dan lari ke aset-aset aman," kata Axel Merk, presiden Merk Investments dan manajer portofolio Merk Hard Currency Fund di Palo Alto, California.

“Konteksnya adalah meningkatnya ketidakpastian pemilu. Dengan pencalonan mahkamah agung yang akan datang, ini bisa berjalan dalam berbagai cara."

Dolar -- melemah selama jam-jam perdagangan Asia -- menguat di pagi hari Eropa dan naik tajam pada jam perdagangan AS karena saham Eropa merosot ke posisi terendah dua minggu dan saham-saham AS jatuh.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya mencapai titik tertinggi sejak pertengahan Agustus dan terakhir naik 0,65 persen pada 93,559.

Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Canada di Toronto mengatakan pemicu utama meningkatnya minat terhadap aset-aset aman dan penguatan dolar adalah meningkatkan kekhawatiran akan penguncian COVID di Inggris dan negara lainnya.

Greenback juga berhasil bangkit kembali dari level terendah enam bulan terhadap yen, menunjukkan penguatan terhadap mata uang Jepang.

Hari libur umum di Jepang telah mengurangi volume perdagangan pada hari sebelumnya. Dolar terakhir diperdagangkan pada 104,69 yen, naik 0,1 persen, setelah mencapai 104,00 yen, titik terendah sejak 12 Maret. Ini dipandang sebagai level dukungan utama oleh pedagang mata uang.

Salah satu masalah utama arah mata uang AS minggu ini adalah apakah banyak pembicara Federal Reserve menjelaskan pendekatan baru bank sentral AS terhadap inflasi.

Ketua Fed Jerome Powell akan memberikan kesaksian di depan komite kongres yang berbeda pada Selasa, Rabu dan Kamis sementara anggota komite Fed Lael Brainard, Charles Evans, Raphael Bostic, James Bullard, Mary Daly dan John Williams juga tampil di depan umum.

"Jika Jerome Powell dan pembicara Fed lainnya tidak benar-benar menambahkan lebih banyak penjelasan pada rencana Fed tentang bagaimana mereka akan mencapai inflasi rata-rata 2,0 persen, saya dapat melihat perdagangan dolar AS lebih tinggi minggu ini," kata Bregar.

Euro diperdagangkan 0,58 persen lebih rendah terhadap dolar pada 1,1768 dolar. Sterling juga melemah 0,82 persen menjadi 1,2809 dolar, karena greenback menguat.

Dolar Australia diperdagangkan turun 0,9 persen terhadap greenback pada 0,7222 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru jatuh 1,4 persen pada 0,6664 dolar.

Dolar AS terakhir melonjak 2,2 persen terhadap crown setelah mencapai level tertinggi terhadap mata uang Norwegia sejak pertengahan Juli.
Baca juga: Dolar bertahan, yen merayap naik saat para pembicara Fed jadi fokus
Baca juga: Emas anjlok, tertekan penguatan dolar AS dan kekhawatiran stimulus


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020