Jakarta (ANTARA) - Corporate Secretary Akulaku Finance Indonesia Wildan Kesuma menekankan pentingnya literasi keuangan bagi masyarakat agar terhindar dari kerugian akibat ketidakpahaman terkait masalah finansial.

"Pengertian dari literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Aspek ini yang harus kita tingkatkan sebelum mulai mengambil keputusan yang bisa memengaruhi kondisi keuangan," ujar Wildan dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

Wildan menuturkan, sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital yang terdaftar dan diawasi OJK, Akulaku Finance melihat literasi keuangan adalah pemahaman yang sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh masyarakat.

Baca juga: OJK cari format edukasi literasi keuangan digital bagi millenial

"Mungkin ada yang pernah baca kasus investasi yang menawarkan peluang investasi tanpa risiko yang menjanjikan keuntungan sangat besar tapi pada akhirnya malah banyak masyarakat yang merugi karena ternyata institusi yang menawarkan produk investasi tersebut tidak kredibel, produk investasi yang dijual ternyata fiktif. Kalau kita memiliki literasi keuangan yang baik seharusnya kita bisa mengetahui cara agar terhindar dari berbagai tawaran investasi yang tidak fiktif," kata Wildan.

Wildan menambahkan, pemahaman literasi keuangan dapat ditingkatkan dengan cara membaca artikel mengenai literasi keuangan pada sumber berita atau artikel terpercaya. Salah satu sumber informasi terlengkap mengenai literasi keuangan adalah situs edukasi milik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni www.sikapiuangmu.ojk.go.id.

Selain itu, platform media sosial juga bisa menjadi sumber literasi keuangan yang baik bila kita mengikuti akun media sosial dari para ahli perencanaan keuangan yang berpengalaman dan memiliki rekam jejak yang baik.

Baca juga: OJK: Pemahaman masyarakat terkait sektor jasa keuangan masih rendah

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan oleh OJK menunjukkan, masyarakat Indonesia pada umumnya belum sepenuhnya mengerti bagaimana cara meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Hal itu terlihat dari indeks tingkat literasi keuangan di OJK yang mencapai angka 38,03 persen.

Literasi keuangan merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang, terutama bagi yang ingin memulai bisnis sendiri dan juga terhindar dari masalah keuangan. Hal ini diungkapkan oleh Ali Harahap yang merupakan pengusaha muda pendiri Masalalu Cafe.

"Untuk menjalankan bisnis sendiri, baik kecil maupun besar pastinya membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik agar dapat tercipta bisnis yang berkelanjutan," ujar Ali.

Sedikit berbagi pengalaman dirinya saat Ali memulai usaha kedai kopinya, menurutnya menjadi pengusaha yang memulai bisnis dari nol sangatlah tidak mudah. Jatuh bangun dalam mengembangkan usaha pasti akan sangat terasa di awal memulai usaha.

Di situlah Ali menegaskan, untuk meningkatkan keberhasilan usaha, pengusaha harus mengembangkan mental dan kemampuan pribadi, selain itu tentu harus juga diiringi dengan perencanaan keuangan yang matang.

"Di awal membangun usaha kan sudah bentuk tim. Disitu kita harus sudah mikir untuk bisa membayar gaji karyawan. Di situlah pentingnya "financial planning" untuk jaga "cash flow". Selama dua tahun aku push diri sendiri untuk kerja lebih keras buat dapetin untung supaya bisa bayar gaji karyawan," kata Ali.

Berwirausaha melalui platform e-commerce marketplace

Di masa pandemi ini, kebiasaan masyarakat dipaksa berubah drastis, masyarakat merubah kebiasaannya dari yang berbelanja langsung di swalayan atau pasar, kini dipaksa untuk terbiasa dengan berbelanja daring. Dari yang terbiasa membayar secara tunai, saat ini sudah membiasakan diri untuk membayar secara non-tunai atau memanfaatkan pembayaran secara digital.

Ternyata, perubahan kebiasaan itu membawa peluang usaha yang menarik bagi para "merchant e-commerce', salah satunya adalah merchant di Akulaku Silvrr Indonesia, yang merupakan lini bisnis e-commerce marketplace di bawah Akulaku Group. Hal itu diceritakan oleh Business Development Manager Akulaku Silvrr Indonesia Adrian Iskandar

"Ada "merchant di platform "e-commerce" Akulaku yang baru mulai berjualan menjelang masa pandemi dimulai dan ternyata penjualannya tetap bagus hingga sekarang. Kita melihat hal ini selain karena kebiasaan masyarakat yang berubah, juga disebabkan oleh kemampuan merchant dalam berinovasi saat berjualan di platform "e-commerce" dan juga menunjukkan besarnya potensi dalam berjualan dan bertransaksi secara daring," ujar Adrian.

Adrian menambahkan, saat merchant sudah bisa mulai berjualan, baiknya merchant berinovasi dan menyajikan gambar visual produk yang menarik dan berbeda dari yang lain.

"Selain itu, untuk mengurangi risiko dalam memulai usahanya, merchant juga bisa menjalani peran sebagai dropshipper untuk barang-barang yang sedang laku di pasaran," kata Adrian.

Wildan menambahkan, walaupun keadaan saat ini cukup menantang, pihaknya percaya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa pandemi itu masih ada.

"Perlu diingat kembali, sebelum mulai mengambil keputusan penting yang bisa berpengaruh pada kondisi keuangan, masyarakat perlu membekali diri dengan wawasan tentang literasi keuangan dan mengelola risiko dengan baik," kata Wildan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020