Dalam tujuh hari terakhir, Provinsi Jawa Tengah masih punya kenaikan kasus COVID-19 yang meningkat
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kasus konfirmasi COVID-19 mingguan di Jawa Tengah terus meningkat meski di sisi lain terdapat tren kasus mortalitas menurun.

"Dalam tujuh hari terakhir, Provinsi Jawa Tengah masih punya kenaikan kasus COVID-19 yang meningkat, tapi mortalitasnya rendah memang. Apabila data tujuh hari terakhir dibandingkan dengan minggu-minggu sebelum-sebelumnya, provinsi Jawa Tengah masih memiliki tren kasus mingguan yang terus meningkat. Namun, di sisi yang lain, kasus mortalitas di Jawa Tengah secara mingguan memiliki tren yang menurun sejak pertengahan September," ungkap Luhut dalam rapat bersama seluruh pemerintah daerah Jawa Tengah, Senin (12/10).

Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, Luhut mengatakan tingkat kesembuhan Provinsi Jawa Tengah masih berada di bawah tingkat kesembuhan nasional sebesar 76,5 persen. Walaupun begitu, sepanjang pertengahan September hingga sekarang, tingkat kesembuhan di provinsi itu meningkat dari 65 persen menjadi 71 persen pada 11 Oktober 2020.

Kendati tingkat kesembuhan kian membaik per Oktober 2020, Luhut mengingatkan untuk terus mengontrol Bed Occupancy Rate (BOR) di ICU rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah, karena terjadi kenaikan beberapa persen pada Oktober.

"Untuk recovery rate di Jawa Tengah memang menurun dan hal ini perlu dijaga oleh kita semua, tetapi jangan lupa juga untuk melihat BOR di Jawa Tengah. Ini juga perlu diwaspadai, karena sudah 65,1 persen sejak pertengahan September, tingkat BOR ICU Jawa Tengah selalu berada di bawah 60 persen," katanya.

Oleh karena itu, Luhut meminta semua jajaran mulai dari tenaga kesehatan, rumah sakit, hingga aparat Polda dan Pangdam Jawa Tengah memperhatikan hal tersebut, mengingat kasus konfirmasi masih terus bermunculan.

Tercatat kasus konfirmasi aktif yang terjadi ada di beberapa kabupaten dan kota yang masih memiliki kasus aktif tertinggi yaitu Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Pati, Kudus, Kebumen, Wonosobo, Brebes, dan Sukoharjo.

Walaupun begitu, tren mingguan menunjukkan bahwa angka kasus di Kota Semarang sudah menunjukkan tren yang lebih positif, namun untuk wilayah lain seperti, Kabupaten Semarang, Kebumen, Wonosobo, Brebes, dan Sukoharjo pada beberapa minggu terakhir menunjukan tren angka kasus yang terus meningkat.

Luhut pun mengingatkan kepada seluruh jajaran untuk terus berkoordinasi antara pihak pemerintah di masing-masing daerah dan aparat setempat.

"Tolong dari data ini, bapak dan ibu bupati wajib waspada. Kota Semarang ada 9.648 yang terkonfirmasi kasus konfirmasi aktif, kemudian ada kasus kematian 644 jiwa. Tertinggi di Kota Semarang. Kota Semarang dan Pati sudah mengalami penurunan tren. Walaupun begitu untuk daerah seperti Kebumen, Wonosobo, Brebes, dan Sukoharjo juga punya kenaikan yang signifikan untuk kasus konfirmasi. Untuk beberapa daerah ini mohon setiap bupati terus memperhatikan angka ini dan berkoordinasi dengan semua pihak untuk menurunkan angka konfirmasi aktif di daerah ini," pesannya.

Luhut mengatakan tren kasus di Jateng sebetulnya sudah cukup bagus, namun perlu ada beberapa titik perbaikan yang perlu dipercepat.

Luhut pun memerintahkan pemda setempat untuk memperkuat kerja sama dengan aparat di tingkat Polda dan Pangdam, Polres, dan juga Polsek setempat.

"Harus diintensifkan operasi untuk menurunkan kasus konfirmasi ini antara Pemda setempat seperti Gubernur dan Bupati di masing-masing daerah, terutama daerah yang masih memiliki peningkatan yang signifikan dengan aparat Polri dan TNI. Mohon operasinya dari Kapolda dan Pangdam, anda bisa melakukan tindakan yang lebih terukur. Fokus kepada wilayah yang mengalami kenaikan kasus yang signifikan. Wilayah yang memiliki kasus konfirmasi yang meningkat mohon semua bahu-membahu," tambahnya.

Perintah Menko Luhut langsung ditanggapi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia mengaku bersedia dan memang selalu mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan kasus konfirmasi aktif yang masih bertambah.

"Kita sudah menerapkan mikrozonasi, di mana dengan strategi itu, kita bisa mengunci pada level yang lebih kecil. Jadi sesuai dengan arahan Bapak, kita bisa langsung on target untuk mengirimkan bantuan seperti obat dan peralatan kesehatan lainnya. Kami juga sedang berhati-hati di beberapa kluster seperti kluster pondok pesantren layaknya pondok pesantren Al Hidayah, kluster bencana alam, dan juga kluster demo. Ketiga kluster ini, menjadi tiga kluster yang menjadi prioritas kami untuk ditangani dengan cepat," jelas Ganjar.

Senada dengan Ganjar, Bupati Semarang Mundjirin mengatakan terus melaksanakan patroli di titik keramaian termasuk pasar hingga tempat pagelaran kesenian.

"Kluster pasar masih paling banyak, tetapi sudah dilaksanakan patroli di tempat keramaian seperti itu. Tempat pagelaran kesenian juga, seperti pewayangan. Kemudian terkait adanya Pilkada, kampanye yang ingin dilakukan di sebuah desa atau wilayah, harus dilihat dulu apakah wilayahnya sudah aman atau belum," terangnya.

Sementara itu, Pangdam Diponegoro Mayor Bakti menyatakan siap berkoordinasi dalam memberantas kasus konfirmasi aktif di kluster-kluster yang ada.

"Operasi TNI dilaksanakan di seluruh wilayah di Jawa Tengah, tetapi memang ada beberapa daerah yang belum terlaksana dengan baik. Di sini kami meminta untuk setiap jajaran Pemda di tiap tempat, untuk selalu berkoordinasi dengan kami. Ke depannya kami harap bisa semua wilayah tercover dengan koordinasi yang lebih efektif dengan seluruh TNI di wilayah Jawa Tengah," katanya.

Baca juga: Bertambah 56, positif COVID-19 di Boyolali-Jateng jadi 924 kasus
Baca juga: Jawa Tengah menggiatkan Jogo Santri untuk cegah penularan COVID-19

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020