Jakarta (ANTARA) - Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre For Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) In Language (SEAQIL) memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara.

Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani mengatakan SEAQIL akan memaksimalkan peran dan potensinya dalam penguatan Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA).

"Khususnya dalam peningkatan kualitas pengajar BIPA dan hal relevan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pengajar dan tenaga kependidikan ke-BIPA-an di Asia Tenggara. Itu yang akan kami dorong terus," ujar Luh Anik Mayani dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Luh Anik menambahkan keinginan SEAQIL untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara juga mengacu pada Pasal 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009.

Baca juga: Mahasiswa UMM buat aplikasi Citra untuk pembelajaran Bahasa Indonesia

Baca juga: Penggunaan bahasa dinilai jadi hambatan masuknya investasi ke RI


Selain itu, rekomendasi Strategis Kongres Bahasa Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 2013 yang berkaitan dengan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.

Sebagai langkah awal, SEAQIL menggelar Webinar Series on Language yang berfokus pada BIPA.

SEAQIL telah mengumpulkan informasi dan data yang akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan standar kompetensi dan materi pembelajaran BIPA, serta program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan bagi pengajar BIPA.

Webinar yang diselenggarakan SEAQIL bersama 31 pakar BIPA dan 600 pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari seluruh dunia.

SEAQIL juga mengundang para pakar BIPA dari enam institusi pemerintah yang mempunyai misi serupa, di antaranya Kemendikbud, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Selain itu, SEAQIL juga melibatkan lembaga kursus BIPA dan Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (APPBIPA) serta lembaga pendidikan tinggi di luar negeri.

Untuk menghasilkan diskusi dengan masukan yang lebih variatif, SEAQIL juga mengundang pakar BIPA dari berbagai kalangan, baik akademisi maupun peneliti sebagai panelis webinar.

Baca juga: Warga Swiss antusias ikuti kelas bahasa Indonesia virtual

Webinar itu menerima antusiasme yang tinggi, dimana hampir 1.600 pendaftar dari 22 negara tertarik untuk mengikutinya, di antaranya dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Azerbaijan, Belanda, Bulgaria, Filipina, Jepang, Jerman, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Perancis, Polinesia Perancis, Spanyol, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste, dan Uzbekistan.

Namun demikian, untuk menciptakan diskusi yang efektif, SEAQIL hanya memilih 600 peserta, terdiri atas pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari lembaga dan universitas global yang menyelenggarakan program BIPA.

Luh Anik berharap webinar yang telah merangkum ide hebat dan inovatif dari para pengajar dan pakar BIPA ini akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan untuk pengajar BIPA.
"SEAQIL akan melakukan metaanalisis dari hasil webinar untuk direalisasikan menjadi program BIPA pada tahun berikutnya," ucapnya.

Untuk menunjang tujuan tersebut, SEAQIL menyambut baik kerja sama dengan institusi yang memiliki kesamaan visi dengan SEAQIL, khususnya pada program BIPA.

Baca juga: KBRI Beijing gelar lomba menyanyi lagu Indonesia khusus BIPA

Baca juga: Sejumlah universitas di Inggris sediakan kelas Bahasa Indonesia

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020