Batang (ANTARA) - Pemkab Batang, Jawa Tengah, memastikan 35 persen atau 1.505 hektare lahan dari 4.300 hektare lahan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX yang akan dikembangkan menjadi Kawasan Industri Terpadu (KIT) difungsikan untuk kawasan ruang terbuka hijau (RTH).

"Jadi, perlu dipahami oleh masyarakat bahwa 4.300 hektare lahan di KT Batang tidak sepenuhnya akan dibangun industri besar namun masih ada sekitar 35 persen yang difungsikan untuk RTH," kata Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) Kabupaten Batang Ari Yudianto di Batang, Rabu.

Menurut dia, sebanyak 35 persen dari 4.300 hektare lahan tersebut akan dimanfaatkan untuk fasilitas umum, taman, dan ruang terbuka hijau.

"Di sekitar kawasan KIT Batang, kami pastikan masih banyak pohon yang rindang agar kondisi masih asri dan nyaman," katanya.

Baca juga: Konsorsium KIT Batang siapkan 4 jalur terintegrasi jalur pantura

Demikian pula, keuntungan dibangunnya KIT Batang, kata dia, akan memberikan peluang yang luas bagi masyarakat di sekitar lokasi pengembangan industri itu karena kapasitas kebutuhan tenaga kerja mampu mencapai 150 ribu orang.

"Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap peluang bisnis atau pekerjaan dengan dibangunnya KIT Batang. Kami perkirakan banyak peluang usaha bagi masyarakat seperti katering makanan, cuci pakaian (laundry), dan tempat kos," katanya.

Ari mengatakan meski Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PURR) akan membangun rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dengan 10 menara di sekitar KIT Batang namun masyarakat masih memiliki peluang usaha untuk tempat kos.

"Rusunawa yang akan dibangun di sekitar KIT Batang ini hanya mampu menampung 2.570 orang sehingga masyarakat masih memiliki peluang besar membangun tempat kos karena tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri di situ pada fase pertama sekitar 20 ribu sampai 30 ribu orang," katanya.

Baca juga: Bappenas: Pembangunan KIT Batang masih menunggu master plan
Baca juga: Legislator: KIT Batang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional

Pewarta: Kutnadi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020