fleksibilitas dan kolaborasi adalah sebuah jawaban
Jakarta (ANTARA) - Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria mengatakan pandemi COVID-19 adalah krisis yang harus lahirkan lompatan inovasi.

"Kondisi semacam ini pernah terjadi dalam Perang Dunia Kedua dimana krisis telah melahirkan inovasi global berupa ditemukannya komputer, mesin jet, dan radar," ujar Arif dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan Arief yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia itu dalam Bincang Asik: Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin, yang berlangsung secara virtual dan disiarkan langsung melalui saluran resmi Juru Bicara Presiden Republik Indonesia, M Fadjroel Rachman.

Peluncuran produk riset dan inovasi konsorsium COVID-19 dapat dimaknai sebagai kebangkitan inovasi Indonesia. Diharapkan produk-produk hasil riset dan inovasi dalam negeri dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Tidak hanya selama pandemi tapi juga untuk kebutuhan jangka panjang.

“Krisis penuh dengan ketidakpastian yang luar biasa sehingga fleksibilitas dan kolaborasi adalah sebuah jawaban. Kolaborasi adalah modal untuk lompatan inovasi dan untuk lompatan inovasi kita perlu memiliki growth mindset,” imbuhnya.

Menurut dia dalam merespon perubahan seperti sekarang ini maka growth mindset adalah sesuatu yang sangat penting. Karena mindset harus tumbuh berkembang.

"Zaman terus berubah. Tidak mungkin mindset kita tetap, statis dan tidak berubah. Kita akan gagal dan tertinggal oleh zaman jika mindset kita mindset yang fix. Sebaliknya jika itu growth mindset, kita akan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, " tuturnya.

Baca juga: Pakar: Gaya pengasuhan otoritatif paling ideal selama pandemi

Baca juga: IPB University anugerahkan doktor kehormatan dua tokoh atas dedikasi


Lebih lanjut ia mengatakan hingga hari ini, yang diperlukan untuk merespon perubahan, merespon ketidakpastian, merespon kecepatan yang begitu dahsyat, itu adalah growth mindset yang kuat.

"Tanpa growth mindset kita akan berat,” jelas dia.

Prof Arif juga berpendapat jika Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia harus mengacu pada sosok pembelajar yang memiliki growth mindset, yang memiliki basis karakter yang kuat dan memiliki kebiasaan-kebiasaan berpikir yang baik.

Arif juga mamaparkan pergerakan Human Development Indeks (HDI) Indonesia per tahun 1990 hingga 2018. HDI Indonesia selalu naik di setiap tahunnya. Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-111 dunia dari 189 negara yang mana survei tahun 2017 Indonesia masih diperingkat 116. Sementara jika disandingkan negara ASEAN lainnya Indonesia peringkat ke-6. Antara tahun 1990 hingga 2017, nilai HDI Indonesia naik 31,4 persen.

“Kita harus optimistis bahwa kita capable untuk mengubah diri kita sendiri. Jadi problem sekarang adalah problem dimana kita sadar bahwa kita harus berubah,” tambah dia

Prof Arif juga berpesan mengkritik boleh tetapi tidak untuk melemahkan dan menyudutkan. Justru yang perlu dibangun adalah semangat saling membesarkan dan menginspirasi. Negara yang besar adalah negara yang penuh dengan inspirasi. Karena negara besar banyak menghasilkan inovasi-inovasi, dan inovasi adalah sumber inspirasi.

Baca juga: IPB University jalin mitra perkuat Merdeka Belajar-Kampus Merdeka

Baca juga: Pakar: Ancaman krisis pangan tidak datang tiba-tiba

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020