Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael (Mike) Pompeo memuji peran Indonesia dalam proses perdamaian di Afghanistan.

“Memang, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia (ini) memiliki banyak hal untuk ditawarkan ke Afghanistan dalam perjalanannya menuju perdamaian dan memastikan bahwa setiap laki-laki dan perempuan Afghanistan memiliki semua hak yang seharusnya mereka dapatkan,” ujar Pompeo saat menyampaikan pernyataan pers virtual usai bertemu Menlu Retno Marsudi di Jakarta, Kamis.

Indonesia konsisten mendukung perwujudan perdamaian di Afghanistan melalui pelibatan semua elemen di negara itu, termasuk peningkatan peran perempuan.

Guna menciptakan kondisi yang kondusif bagi perundingan damai, Indonesia menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan rasa saling percaya di antara pihak-pihak yang berunding, serta memobilisasi dukungan internasional seperti dari Dewan Keamanan PBB.

Sebagai negara yang turut diundang dalam pembukaan kembali perundingan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban pada September lalu, Indonesia juga menyambut baik dukungan AS dalam proses tersebut.

“Kami mengapresiasi kepemimpinan AS yang membawa perdamaian ke Afghanistan, dan Indonesia siap untuk berkontribusi lebih khususnya dalam isu terkait pemberdayaan perempuan,” kata Menlu Retno.

Negosiasi Intra-Afghan dilaksanakan menyusul kesepakatan keamanan antara AS dan Taliban, yang dicapai pada Februari lalu.

Pompeo menyebut pembicaraan itu sebagai terobosan yang “benar-benar penting”, sementara kepala dewan perdamaian Afghanistan menyebutnya sebagai “kesempatan luar biasa untuk perdamaian”.

Namun, perundingan damai yang sedang berlangsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban masih diwarnai pertikaian.

Sebuah laporan PBB menyebut pembicaraan damai itu telah gagal memperlambat jumlah korban sipil, dengan 5.939 warga sipil tewas dalam sembilan bulan pertama 2020.

Perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan Deborah Lyons mengatakan sekitar 2.117 warga sipil tewas dan 3.822 lainnya terluka dari 1 Januari hingga 30 September 2020.

Dia mendesak semua pihak dalam konflik Afghanistan untuk segera memprioritaskan dialog dan mengambil langkah untuk membendung kekerasan yang meningkat.

Ilustrasi grafis dari tingkat kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil di Afghanistan menunjukkan bahwa empat dari setiap 10 korban sipil adalah anak-anak atau perempuan, dengan korban anak-anak mencapai 31 persen dari semua korban sipil dalam sembilan bulan pertama tahun 2020, sementara korban perempuan tercatat sebesar 13 persen.

"Pemikiran baru dan tindakan konkret untuk menjaga kehidupan sipil tidak hanya akan menyelamatkan ribuan keluarga dari penderitaan dan kesedihan, tetapi juga dapat membantu mengurangi tuduhan dan, sebaliknya, meningkatkan kepercayaan di antara para negosiator," kata kepala Misi Bantuan PBB di Afghanistan.

Baca juga: Presiden Jokowi terima Menlu AS Pompeo di Bogor
Baca juga: Menlu RI kunjungi Kabul dukung proses perdamaian di Afghanistan
Baca juga: Indonesia Siap Berkontribusi Proses Perdamaian di Afghanistan

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020