Dari 11 kelompok pengeluaran, lima mengalami inflasi, tiga kelompok stabil, dan tiga kelompok lainnya mengalami deflasi. Namun, agregat menunjukkan deflasi sebesar 0,06 persen,
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menyatakan bahwa pada Oktober 2020, Kota Malang, Jawa Timur, mengalami deflasi sebesar 0,06 persen, yang didorong  penurunan pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.

Kepala BPS Kota Malang Sunaryo mengatakan bahwa kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,42 persen, dan memberikan andil sebesar 0,09 persen terhadap deflasi pada Oktober 2020.

"Dari 11 kelompok pengeluaran, lima mengalami inflasi, tiga kelompok stabil, dan tiga kelompok lainnya mengalami deflasi. Namun, agregat menunjukkan deflasi sebesar 0,06 persen," kata Sunaryo, di Kota Malang, Jawa Timur, Senin.

Baca juga: BPS ingatkan potensi harga pangan naik pada November-Desember 2020

Sebagai catatan, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, Kota Malang mengalami deflasi. Pada Agustus tercatat Kota Malang mengalami deflasi 0,06 persen, kemudian pada September deflasi 0,05 persen, dan kembali mengalami deflasi pada Oktober 2020.

Sunaryo menambahkan, selain kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, kelompok lain yang mendorong deflasi Kota Malang adalah kelompok pengeluaran perawatan pribadi, dan jasa lainnya sebesar 0,16 persen, dengan andil terhadap deflasi sebesar 0,01 persen.

"Kemudian, kelompok lain yang mengalami deflasi adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,03 persen, dengan andil 0,01 persen," kata Sunaryo.

Sementara itu, lanjut Sunaryo, lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi pada Oktober 2020 adalah kelompok transportasi sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,03 persen.

Baca juga: BPS: Kenaikan harga cabai jadi salah satu sebab inflasi Oktober 2020

Kemudian, kata Sunaryo, kelompok pengeluaran informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,02 persen, dan kelompok pengeluaran perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen.

"Sementara itu yang stabil adalah kelompok penyedia makanan, dan minuman atau restoran, kelompok pakaian, dan alas kaki, serta kelompok pengeluaran pendidikan," kata Sunaryo.

Jika dilihat lebih rinci, komoditas yang mendorong deflasi di Kota Malang pada Oktober 2020 antara lain penurunan harga daging ayam ras sebesar 1,89 persen, emas perhiasan turun sebesar 1,38 persen, gula pasir 4,16 persen, dan telur ayam ras sebesar 1,79 persen.

Komoditas yang mengalami inflasi, di antaranya adalah kenaikan harga tiket angkutan udara yang naik sebesar 2.49 persen, cabai merah 41,71 persen, bawang merah 9,68 persen, cabai rawit 11,53 persen, tarif kendaraan roda dua online 4,71 persen, dan minyak goreng naik sebesar 0,53 persen.

"Banyak komoditas yang menunjukkan inflasi, namun, agregat Kota malang masih mengalami deflasi sebesar 0,06 persen. Yang berarti, bobot dari komoditas yang memberikan andil deflasi lebih besar," ujar Sunaryo.

Tercatat, inflasi tahun kalender atau kumulatif mulai Januari hingga Oktober 2020 di Kota Malang sebesar 0,77 persen, dan inflasi Year on Year (YoY) sebesar 1,22 persen. Secara YoY, inflasi Kota Malang pada 2020 merupakan yang terendah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

"Inflasi YoY, pada 2020 merupakan angka terendah dibandingkan 10 tahun terakhir," kata Sunaryo.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020