Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir melakukan penjajakan kerja sama dengan pemerintah Jepang dan kalangan bisnisnya di bidang kesehatan dengan fokus teknologi baru, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dan partisipasi Jepang di KEK Kesehatan.

"Jepang sudah dikenal sebagai negara yang maju di bidang kesehatan. Sebagai contoh, saya terkesan dengan test COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang di airport. Testnya cukup dengan saliva dan tidak melalui nasal," ujar Menteri Erick dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Ia menyampaikan hasil test itu dapat diketahui dalam waktu kurang dari satu jam dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.

"Saya ingin teknologi ini dipergunakan di airport-airport di bawah manajemen Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Bayangkan dampaknya untuk percepatan pemulihan ekonomi kita," kata Erick.

Baca juga: Kunjungan PM Jepang dan awal citra Indonesia "aman" COVID-19

Menteri BUMN juga melihat teknologi PCR test yang dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries untuk testing cepat dan pelacakan bagi pasien COVID-19 dengan menggunakan teknologi robotik.

Erick Thohir yang didampingi Wakil Menteri BUMN II juga bertemu dengan Mitsui Healthcare, perusahaan kesehatan ternama di Jepang yang telah investasi di rumah sakit di Malaysia, Thailand, dan Singapura.

"Kami melihat potensi wisata kesehatan dan kebugaran bagi wisatawan sangat besar, dan Bali, khususnya wilayah seperti Sanur telah menjadi destinasi pilihan bagi wisatawan lansia, dengan positioning yang berbeda dari wilayah lainnya. Potensi Bali sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan, membuka peluang investasi di bidang kesehatan, khususnya untuk pembangunan fasilitas kesehatan kelas dunia di Bali," kata Menteri Erick.

Dalam kunjungannya ke Jepang, Menteri BUMN juga menjajaki kerja sama sektor lainnya untuk pembangunan perumahan millennial, pembangunan industri EV Battery, dan pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur nasional.

Baca juga: Rachmat Gobel: Kedatangan PM Jepang bawa pesan khusus dan strategis

Di sektor energi terbarukan, proyeksi Indonesia yang akan menjadi pusat industri baterai lithium untuk electric vehicle (EV) berkat kekayaan cadangan nikelnya menjadi daya tarik perusahaan otomotif internasional di Jepang untuk menjajaki kerja sama strategis. Nikel menjadi modal untuk pengembangan supply chain EV battery dari hulu ke hilir.

"Sejak kita mengambil kebijakan hilirisasi industri minerba, salah satunya fokus untuk mengembangkan industri EV battery, banyak perusahaan internasional yang ingin menjajaki kerjasama dengan Indonesia. Korea dengan LGChem, Cina dengan CATL, dan sekarang Jepang dengan Toyota dan Panasonic adalah perusahaan yang berkeinginan untuk investasi di EV battery," papar Erick.

Di bidang pembiayaan infrastruktur, Menteri BUMN dan Wakil Menteri II BUMN juga melakukan beberapa pertemuan dengan sejumlah lembaga keuangan di Jepang, untuk membahas berbagai potensi investasi langsung Jepang di BUMN dalam pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandar udara.

Sementara, di bidang perumahan, Menteri BUMN, Wakil Menteri II BUMN, dan Direktur Utama BTN bertemu dengan IIDA Group Holding dan Daiwa House dalam menjajaki kerjasama untuk mendukung program pembangunan hunian untuk milenial yang terintegrasi dengan transportasi massal.

Hunian ini akan ramah lingkungan dan dilengkapi dengan teknologi dengan biaya yang efisien.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020