Dalam COVID-19 ini intervensi apapun itu tidak ada yang namanya senjata pamungkas, jadi kita butuh semua
Jakarta (ANTARA) - Penasehat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga pakar untuk peningkatan testing dan tracing Monica Nirmala mengatakan protokol kesehatan 3M dan 3T harus tetap dilakukan meskipun jika sudah ada vaksin COVID-19.

"Dalam COVID-19 ini intervensi apapun itu tidak ada yang namanya senjata pamungkas, jadi kita butuh semua," kata Monica dalam diskusi virtual Optimisme Masyarakat Terhadap 3T (Tracing, Testing, Treatment), Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan 3M merupakan protokol kesehatan bagi tiap individu yang mencakup memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Sedangkan 3T mencakup tracing, testing, dan treatment atau pelacakan kontak erat, deteksi dengan pengujian, dan pengobatan.

"Tidak bisa jika sudah ada vaksin, yang lain sudah saya tinggalkan tidak bisa tapi kita tetap terus harus melakukan 3M dan 3T ini, jadi sama sekali tidak boleh kendor," katanya.

Ia mengatakan proses vaksinasi sendiri membutuhkan waktu. Jika melakukan vaksinasi secara masif misalnya satu juta orang divaksin dalam sehari maka untuk bisa mencapai seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 270 juta jiwa, maka dibutuhkan waktu kurang lebih hampir satu tahun.

Dalam proses pemberian vaksin hingga ke seluruh masyarakat Indonesia pun, 3M dan 3T harus tetap berjalan dengan baik untuk mencegah penularan COVID-19.

Dia mengatakan pencegahan penularan COVID-19 harus dilakukan dengan kombinasi seluruh upaya baik 3M, 3T dan vaksinasi.

"Jadi kita tidak bisa berpikir bahwa oh nanti ketika vaksin sudah datang berarti udah bebas. Jadi tetap intervensi intervensi yang tadi kita sudah terapkan protokol kesehatan 3M upaya-upaya 3T tadi itu tetap harus berjalan terus tetap harus dilakukan," kata Monica Nirmala.

Managing Director di Ipsos Indonesia Soeprapto Tan mengatakan 3M dan 3T harus tetap dilakukan secara konsisten meskipun vaksin nantinya mulai didistribusikan.

"Jadi bukan suatu mata rantai yang terputus, tapi 3M, 3T dan vaksin merupakan satu mata rantai, dan sebenarnya vaksin itu ada di dalamnya," ujarnya.

Meskipun sudah ada vaksin, kebiasaan 3M dan 3T tersebut harus dilakukan, karena belum ada yang menjamin seberapa lama kekebalan tubuh itu bertahan setelah menerima vaksin untuk mencegah diri tertular COVID-19 .

Baca juga: Satgas COVID ingatkan lagi masyarakat hindari kerumunan, terapkan 3M

Baca juga: Disiplin 3M harus ditindaklanjuti evaluasi dan pemantauan, sebut PDIB

Baca juga: DKI kolaborasi mitra dalam dan luar negeri sukseskan 3M

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020