Jakarta (ANTARA) - Gempa bumi dengan magnitudo 6,0 di Tuapejat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terjadi akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone dekat batas tumbukan lempeng, kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono.

"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers BMKG yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike slip fault).

BMKG semula menyatakan gempa di Tuapejat magnitudonya 6,3 namun kemudian memutakhirkannya menjadi 6,0. Pusat gempa itu berada di laut pada kedalaman 13 km di koordinat 2,90 Lintang Selatan dan 99,07 Bujur Timur, sekitar 112 km arah barat daya Kota Tuapejat.

Hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami menurut BMKG.

Getaran akibat gempa bumi tersebut dirasakan oleh warga di Kota Padang, Painan, Sipora, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi, Pariaman, Kerinci, Pasaman, hingga Kota Payakumbuh.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," kata Rahmat.

Rahmat mengimbau warga tetap tenang serta meminta warga memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal dan menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa," katanya.

Baca juga:
Gempa dengan magnitudo 6,3 terjadi di Sumatera Barat
Gempa di Sesar Garsela berpotensi merusak meski kekuatannya kecil

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020