Jakarta (ANTARA) - Kerajaan Inggris Raya mengumumkan rencana Revolusi Industri Hijau, yakni upaya menjalankan perekonomian yang ramah lingkungan demi menanggulangi krisis perubahan iklim, serta mengajak Indonesia untuk ikut bergerak melalui inisiatif semacam ini.

"Pemulihan planet dan ekonomi kita dapat dan harus berjalan seiringan. [...] Ini adalah tantangan global bersama, setiap negara di dunia perlu mengambil tindakan untuk mengamankan masa depan planet ini bagi anak, cucu, dan generasi kita yang akan datang," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dalam keterangan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Jumat.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, melalui keterangan yang sama, menyebut bahwa untuk pulih dari pandemi, negara-negara dunia saat ini dihadapkan pada pilihan menggunakan teknologi dan cara lama atau mengadopsi cara baru rendah karbon yang berorientasi masa depan.

"Di tengah resesi, Inggris memilih jalur yang terbaik untuk pekerjaan dan pertumbuhan, yaitu membuat investasi hijau [...] Kami siap bekerja sama dengan Indonesia mengenai solusi terbaik untuk melakukan hal yang sama di sini, yaitu melalui program-program kami, contohnya Mentari," kata Jenkins.

Pada Rabu (16/11), Johnson menjabarkan sepuluh poin yang akan dilakukan Inggris dalam melaksanakan Revolusi Industri Hijau, yang meliputi aspek energi bersih, transportasi hijau, teknologi inovatif, hingga penciptaan 250.000 lapangan pekerjaan baru.

Untuk kendaraan listrik, sebagai contoh, Inggris menetapkan target untuk mengakhiri penjualan mobil dan van baru berbahan bakar bensin dan diesel pada tahun 2030, serta membatasi kendaraan hibrida pada tahun 2035, demi mengubah infrastruktur nasional yang mendukung penggunaan kendaraan listrik.

Terkait tujuan tersebut, Kedubes Inggris mengatakan, "Jakarta telah menguji coba bus listrik, sebagian didanai oleh Pemerintah Kerajaan Inggris Raya; dan Indonesia memiliki simpanan nikel mentah terbesar di dunia- -sebuah peluang besar, karena nikel adalah komponen kunci untuk baterai yang digunakan mobil listrik."

Sebelumnya, Pemerintah Inggris juga telah menyiapkan target netralitas karbon, atau emisi nol bersih, untuk dicapai pada 2050, "yang berarti nantinya Inggris tidak lagi berkontribusi terhadap perubahan iklim."

Sementara Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), berkomitmen untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan melalui rencana Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Indonesia/LCDI) dengan target pengurangan emisi gas buang sebesar 26 persen pada 2030.

Baca juga: Indonesia, Inggris berkomitmen bangun ekonomi hijau pascapandemi

Baca juga: Peneliti Indonesia raih Newton Prize 2019 untuk riset perubahan iklim


Baca juga: IPB gagas revolusi hijau atasi pemanasan global

 

Jakarta perlu blue-print untuk kurangi bahan bakar fosil

Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020