Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 ikut menghantam sektor lalu lintas (traffic) jalan tol, yang merupakan dampak dari pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memaksa masyarakat untuk beraktivitas dari rumah.

Setelah sempat anjlok hingga 50-60 persen, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR RI mencatat bahwa di kuartal tiga dan memasuki kuartal empat 2020, lalu lintas kendaraan di jalan tol mulai pulih, bahkan kembali normal.

Menurut Kepala BJPT Danang Parikesit, dalam diskusi virtual, Sabtu, hal ini dipengaruhi oleh dua hal, yakni keyakinan pengguna (consumer confidence) dan keyakinan investor (investor confidence).

"Kita melihat dua hal. Pertama adalah consumer confidence. Traffic recovery di jalan tol relatif cepat karena masyarakat yakin bahwa sektor ini (jalan tol) adalah sektor yang aman untuk digunakan layanannya, seperti adanya protokol kesehatan, dan sebagainya," kata Danang.

"Selanjutnya investor confidence, yang meyakini adanya recovery cepat di industri ini, daya tahan (resilience) terhadap risiko bisnis ini tinggi," ujarnya menambahkan.

Baca juga: BPJT akan bentuk pusat layanan informasi jalan tol

Baca juga: BPJT belum terima hasil simulasi jalur sepeda di tol dari Dishub DKI


Lebih lanjut, Danang berharap pemulihan ini dapat menggairahkan kembali pembangunan jalan tol dan mendukung konektivitas infrastruktur besar dan transportasi yang dekat dengan kehidupan masyarakat.

"Konsumsi memang melambat di awal, tapi akan recovery cepat, apalagi dengan adanya teknologi. Lelang terus berjalan, dan sektor ini diharapkan jadi salah satu penghela investasi nasonal yang cenderung melambat di kuartal satu dan dua. Mudah-mudahan consumer dan investor confidence terjaga," jelasnya.

Sementara itu, menurut data BPJT, sejak diumumkannya kasus positif COVID-19 di awal Maret, penurunan lalu lintas kendaraan cukup drastis. Terjadi penurunan lalu lintas drastis di Maret hingga Mei, sampai di atas 50 persen.

Plt Anggota BPJT Unsur Kementerian PUPR Kepala Bagian Umum, Sekretariat BPJT, Mahbullan Nurdin menambahkan, sejumlah ruas tol bahkan ada yang mengalami penurunan hingga 80 persen, dengan titik terendah di periode tersebut.

Namun, pada bulan Juli, sehubungan dengan adanya pelonggaran PSBB dan libur panjang Idul Adha dan Tahun Baru Islam, BPJT mencatat peningkatan yang signifikan.

"Pandemi ini masyarakat tidak banyak yang berpergian sampai tujuh bulan. Ketika ada hari libur panjang, mereka manfaatkan untuk pergi karena ada pelonggaran," kata Nurdin.

Pada bulan September hingga awal November, Nurdin mengatakan bahwa kenaikan lalu lintas di jalan tol sudah kembali naik di angka 90 persen. Bahkan di sejumlah ruas tol seperti JORR dan Transjawa, peningkatannya hampir mencapai 100 persen.

Kenaikan ini banyak di perjalanan jarak jauh di Jawa, khususnya dari barat ke timur.

"Setelah evaluasi, banyak yang melakukan perjalanan jarak jauh, jalan tol menjadi pilihan karena lebih praktis dan hemat bila dibandingkan berpergian dengan pesawat. Ke arah timur Jawa ini banyak yang memakai jalur darat, jalan tol karena tarif murah, dan tidak ada tes rapid, dan sebagainya," jelas Nurdin. 

Baca juga: Astra Infra Toll prediksi BIJB Kertajati selesai akhir 2021

Baca juga: Kementerian PUPR paparkan peningkatan pembangunan jalan tol

Baca juga: Arus balik libur panjang, 191.326 kendaraan ke Jakarta lewat Tol Japek
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020