Jakarta (ANTARA) - Merchant Community and Engagement Lead Bukalapak, Ian Agisti Rani, mengatakan pola perilaku pembelian di Bukalapak berubah selama pandemi

"Data ada perubahan saat memasuki masa pandemi, perubahan behaviour konsumen. Tadinya biasanya memilih belanja offline sekarang mau tidak mau dipaksa beli online. Pola perilaku pembeliannya juga berubah," kata Ian dalam acara virtual Galaxy Creator Workshop bertajuk "Create Awesome Content for Your Business," Senin.

Pada bulan Maret, ketika awal memasuki masa pandemi, produk yang banyak dicari adalah produk kesehatan, seperti masker, hand sanitizer, termometer, produk minuman herbal, serta produk disinfektan.

Selanjutnya, memasuki bulan April, satu bulan setelah masyarakat diminta untuk tetap berada di rumah sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus corona, Ian mengatkan produk hobi banyak dicari, seperti gaming konsol dan lego, serta perabotan rumah tangga.

Baca juga: Desainer Hot Wheels Phil Riehlman akan hadir di Diecast Expo 2020

Baca juga: Ada desainer "diecast" Hot Wheels di Indonesia Diecast Expo 2019


"Karena setiap orang stay di rumah dan membuat dirinya lebih nyaman di rumah. Peralatan masak banyak yang dicari April, orang-orang cenderung masak di rumah," kata Ian.

Memasuki bulan Mei, Ian melihat terjadi perubahan perilaku pada tren pencarian. Jika sebelumnya barang-barang yang dicari adalah keperluan di rumah, pembeli mulai mencari produk-produk perlengkapan ibadah dan kue kering, seiring dengan memasuki bulan Ramadhan dan persiapan menjelang Idul Fitri.

Setelah melewati bulan Ramadhan Idul Fitri, memasuki bulan Juni, pembeli cenderung mencari produk sepeda.

"Yang tadinya enggak punya sepeda jadi punya sepeda. Yang tadinya sepedaan cuman seminggu sekali atau sebulan sekali sekarang hampir tiap hari sepedaan. Nah sepeda ini awal mulai bulan Juni salah satu paling banyak yang cari di Bukalapak," ujar Ian.

Baca juga: Empat "diecast" langka yang akan hadir di IDE 2019

Baca juga: Prediksi tren jalin asmara tahun 2021, termasuk kencan virtual


"Kemudian, banyak juga produk kesehatan karena memang seiring mereka agak berani berkegiatan di luar rumah, seperti face shields, masker," dia melanjutkan.

Pada bulan berikutnya, bulan Juni menjadi momen anak masuk sekolah, yang kemudian menjadi dominan di bulan Juli di mana peralatan sekolah, seperti tas dan meja belajar, mulai banyak dicari di Bukalapak.

"Perlengkapan WFH dan SFH kayak laptop, webcam, modem wifi itu juga banyak dicari. Bulan Juli bahkan sampai di bulan Oktober pencarian sepeda masih stabil," Ian menambahkan.

Sementara, pada bulan Agustus, meski produk hobi dan olahraga masih dicari pembeli, perubahan juga mulai bergeser pada pembelian handphone.

Hal senada juga terjadi pada bulan September, di mana produk-produk hobi, seperti tanaman hias dan perlengkapan pot dan perangkat elektronik rumah tangga juga banyak dicari.

"Oktober produk hobi masih bertahan, kemudian handphone ini orang mulai cari lagi," ungkap Ian.

Di luar tren pembelian barang, menurut Ian, pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mendorong pertumbuhan para pelaku bisnis online, yang membuat jumlah pelapak semakin banyak.

"Setelah pandemi jual beli online jadi alternatif konsumen berbelanja ditengah pandemi. Nah saat ini dari Bukalapak ada sekitar 6 juta pelapak, sekitar juta pengguna pelapak. Hal ini menandakan sebetulnya penetrasi bisnis online bisa terjadi dalam jangka waktu yang cepat dan tepat," ujar Ian.

Baca juga: Tren belanja Shopee selama pandemi COVID-19 dan Ramadhan

Baca juga: Menkop: "Stay at home economy" bakal berlanjut, jadi tren ke depan

Baca juga: Tren jual-beli properti bergeser ke ranah online


 

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020