Longsoran mengarah ke lereng Merapi yang secara dominan menuju ke barat dan barat daya
Sleman (ANTARA) - Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi melalui udara, menggunakan helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang hasilnya menemukan banyak longsoran baru di puncak gunung itu, Jumat.

Kegiatan tersebut dilakukan guna memonitoring wilayah untuk kemudian dapat diambil langkah lebih lanjut, dalam kaitan mitigasi kebencanaan bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai yang aliran airnya berhulu di lereng Gunung Merapi.

"Bagi kami, sebagai bahan evaluasi untuk mitigasi masyarakat di bantaran sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi," kata Koordinator Bidang Operasi TRC BPBD DIY Endro Sambodo dalam siaran pers BNPB.

Baca juga: Gunung Merapi mengalami guguran tebing lava lama

Menurut dia, hasil monitoring melalui udara tersebut ada banyak material longsoran baru dari puncak gunung tersebut.

"Secara sekilas, terdapat banyak material longsoran baru. Longsoran mengarah ke lereng Merapi yang secara dominan menuju ke barat dan barat daya," katanya.

Dilihat dari morfologinya, kata dia, material longsoran tersebut mengarah ke hulu Kali Senowo, Kali Putih, dan Kali Lamat.

Ia mengatakan untuk wilayah barat daya, ada beberapa material yang berada di lereng Merapi mengarah ke hulu Kali Boyong dan Kali Krasak, sedangkan untuk sisi tenggara di hulu Kali Gendol terlihat ada longsoran material baru. Perkiraan sementara longsoran tersebut berasal dari bukaan kawah di dinding sebelah barat.

"Untuk kajian lebih lanjut, TRC BPBD DIY kemudian melaporkan hasil pantauan tersebut ke Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) untuk dianalisa lebih lanjut," katanya.

Baca juga: BPPTKG catat Gunung Merapi mengalami 45 kali gempa guguran
Baca juga: Gunung Merapi sembilan kali keluarkan suara guguran
Baca juga: BPPTKG: Magma Gunung Merapi semakin ke permukaan

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020