Cianjur (ANTARA) - Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, mencatat puluhan santri dari klaster pondok pesantren yang pertama kali ditemukan di wilayah tersebut dinyatakan sembuh setelah hasil tes usap kedua dan ketiga negatif.

"Untuk tiga pesantren yang masuk dalam klaster pertama di Kecamatan Cugenang sebanyak 35 santri, Kecamatan Karangtengah 7 orang santri dan 2 orang santri di Kecamatan Cipanas, sudah dinyatakan sembuh setelah menjalani tiga kali tes usap," kata Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi COVID-19 Cianjur, dr Yusman Faisal di Cianjur Selasa.

Baca juga: Cianjur minta pesantren rutin laporkan kondisi kesehatan santri

Sedangkan 14 orang santriwati dari klaster ponpes kedua di Kecamatan Cilaku, hingga saat ini, masih menjalani isolasi mandiri di lingkungan ponpes dan mendapatkan pengawasan dari gugus tugas dan tim kesehatan Puskesmas setempat. Sebagian besar sudah menjalani tes usap kedua dan menunggu hasil.

Setiap hari, ungkap dia, Kondisi kesehatan belasan santriwati itu, masih dipantau tim kesehatan dan gugus tugas serta dilakukan tes usap kedua. Terkait klaster kedua, pihaknya menduga akan ada tambahan pasien positif karena hasil tes usap dari 60 orang santriwati lainnya belum keluar.

Baca juga: Pesantren Gontor sementara larang santri naik kendaraan umum

"Kemungkinan ada penambahan jumlah santriwati yang terkonfirmasi positif karena kami masih menunggu hasil tes usap terhadap 60 santri. Jadi kemungkinan ada penambahan, meski kami berharap ke 60 orang santriwati negatif," katanya.

Untuk menghindari terus bertambahnya klaster ponpes di Cianjur, pihaknya mengimbau seluruh pengurus dan guru ponpes yang ada di Cianjur, secara rutin melaporkan kondisi kesehatan santri dan guru, sebagai upaya penanganan cepat dan upaya memutus rantai penyebaran dapat dilakukan segera.

Baca juga: Guru pesantren di Batanghari jalani tes cepat

"Baru tujuh ponpes yang rutin melaporkan kondisi kesehatan di lingkungannya masing-masing, sedangkan di Cianjur terdapat ratusan ponpes. Sehingga kami mengharapkan pengurus atau guru secara rutin melaporkan kondisi kesehatan sebagai upaya memutus dan melakukan penanganan cepat," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020