Sama halnya dengan Swedia, terdapat pula sejumlah tantangan jangka panjang, seperti urbanisasi besar-besaran serta meningkatnya penggunaan energi. Hal ini kemudian membawa tekanan terhadap iklim dan lingkungan kita
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Marina Berg, mengatakan masih terdapat sejumlah sektor kerja sama yang dapat diperkuat lebih jauh dalam hubungan kedua negara, terutama dalam komitmen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yakni sektor transportasi perkotaan dan smart mobility.

Dalam wawancara dengan ANTARA, Selasa, Dubes Berg meyakini bahwa potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, seperti yang telah terjadi selama 20 tahun terakhir, akan terus berlanjut di masa depan meski pandemi virus corona memperlambat pertumbuhan itu saat ini. Meski demikian, pertumbuhan yang pesat itu juga membawa sejumlah tantangan.

“Sama halnya dengan Swedia, terdapat pula sejumlah tantangan jangka panjang, seperti urbanisasi besar-besaran serta meningkatnya penggunaan energi. Hal ini kemudian membawa tekanan terhadap iklim dan lingkungan kita,” ujar Berg.

Menurut dia, kerja sama yang telah terjalin antara Indonesia dan Swedia dalam beberapa tahun belakangan telah menyediakan alat dan kerangka yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Namun, dia menyoroti dua contoh sektor-sektor yang masih dapat diperdalam dalam kerja sama kedua negara, yang pertama yakni transportasi urban.

“Perusahaan-perusahaan terdepan Swedia telah berpartisipasi dalam kerja sama penanganan kemacetan, seperti Scania dan Volvo, yang telah berinvestasi dalam perekonomian Indonesia dan membantu dengan solusi transportasi urban dengan sistem bus rapid transit,” terangnya.

Selain itu, dia juga menyebut smart mobility sebagai bidang yang masih memiliki potensi besar untuk digarap dalam kerja sama kedua negara. Mobilitas pintar atau smart mobility mengacu pada penerapan teknologi pada transportasi guna memastikan efektivitas dan keramahan terhadap lingkungan.

“Yang kedua adalah mobilitas dan kota masa depan pintar, yang sudah ada dan berkembang. Pengembangan sistem mengemudi yang terhubung dan otomatis (connected and automated driving) merupakan contoh yang sangat baik untuk menggambarkan bagaimana teknologi dapat berkontribusi dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan tadi,” paparnya.

Dubes Berg meyakini bahwa smart mobility dapat membantu upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta Kesepakatan Iklim Paris. Pada saat yang bersamaan, penerapan konsep tersebut dapat menggenjot efisiensi transportasi.

Indonesia dan Swedia telah menegaskan komitmen dalam pembangunan yang berkelanjutan, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dan Perdeana Menteri Swedia Stefan Löfven pekan lalu, dalam gelaran Sweden-Indonesia Sustainable Partnership Week.

Dalam kesempatan itu, Menlu Retno menekankan kembali pesan Presiden RI Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 20 Ekonomi Utama (KTT G20) pada 22 November lalu, yang meminta negara-negara G20 untuk menggunakan momentum pandemi sebagai pendorong ekonomi hijau.

Menlu menyebut Indonesia perlu banyak belajar dari Swedia terkait ekonomi hijau, sebagai negara yang telah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berjalan paralel dengan perlindungan lingkungan.

Senada dengan sikap Pemerintah Indonesia, Dubes Marina Berg mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah membawa berbagai dampak buruk bagi ekonomi dan masyarakat dunia. Namun, di samping itu, terdapat pula kesempatan untuk membangun kembali dunia yang lebih baik dalam semangat pemulihan hijau.

“Saya yakin bahwa bersama-sama, Indonesia dan Swedia memiliki peluang untuk memikirkan kembali investasi apa saja yang diperlukan untuk memastikan pembangunan kembali yang lebih baik dan lebih berkelanjutan,” pungkasnya.


Baca juga: Dubes dorong perusahaan Swedia investasi di sektor kesehatan Indonesia

Baca juga: Swedia siap bantu mitigasi bencana Indonesia lewat perusahaan swasta


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020