"Sehingga jika tidak stres, selalu bergembira dan tidak pernah takut maka diyakini bisa menjadi faktor terbesar terjadinya kesembuhan. Tentunya dengan pikiran yang baik maka perilaku seperti makan dan aktivitas lainnya tidak terganggu,"...
Pontianak (ANTARA) - Tadjeri Soelaiman (95) satu di antara tujuh pasien lanjut usia yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah, setelah menjalani isolasi dan dirawat di Rumah Isolasi Rusunawa Nipah Kuning di Pontianak sejak dua pekan lalu.

Sebelum kepulangan mereka ke rumah masing-masing, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Kamis, menyempatkan diri untuk memberikan bingkisan dan dukungan moril kepada mereka yang baru sembuh dari COVID-19 itu.

"Kesembuhan tidak hanya bagi pasien yang berusia muda, bahkan yang berusia lanjut seperti Bapak Tadjeri bisa sembuh," ujarnya saat berkunjung ke Rumah Isolasi Rusunawa Pontianak.

Saat ini yang masih diisolasi dan dirawat di Rusunawa tercatat sebanyak 40 pasien, dan rata-rata mereka menjalani isolasi antara 10 hingga 14 hari, terkecuali bagi mereka yang bergejala. "Kita harapkan mereka yang telah sembuh ini bisa menjadi duta dalam menyampaikan pentingnya menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Baca juga: Dua lansia warga Batam sembuh COVID-19

Ia berharap tingkat kesembuhan lebih cepat. Dengan memberikan perawatan yang teratur, mulai dari pengobatan, menu makanan, olahraga seperti senam dan berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Edi mengimbau kepada warga agar tetap semangat bahwa virus ini bisa dilawan dengan menerapkan protokol kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh. "Saya harapkan warga Kota Pontianak tetap waspada dan patuh pada protokol kesehatan supaya tidak muncul kluster-kluster baru," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu mengatakan kunci kesembuhan pasien COVID-19 adalah daya tahan tubuh atau imunitas, dan daya tahan tubuh tersebut dipengaruhi dari pikiran.

"Sehingga jika tidak stres, selalu bergembira dan tidak pernah takut maka diyakini bisa menjadi faktor terbesar terjadinya kesembuhan. Tentunya dengan pikiran yang baik maka perilaku seperti makan dan aktivitas lainnya tidak terganggu," katanya.
Baca juga: Nenek Kamtin, survivor tertua berusia 100 tahun, sembuh dari COVID-19
Baca juga: WHO minta prioritaskan pasien lansia dan dengan penyakit penyerta


Ia menerangkan, saat pertama kali datang, pasien berusia 95 tahun itu dengan kondisi lemah, kemudian meminta untuk dijemput di rumah untuk dirawat di Rusunawa Nipah Kuning hingga kondisi terus membaik. "Pada saat masuk ke Rusunawa, pasien berbaring kurang lebih dua pekan yang lalu," jelas Sidiq.

Dirinya menambahkan, faktor usia memang menjadi penting terhadap risiko, akan tetapi bila faktor usia tersebut tidak disertai komorbid, misalnya penyakit kegemukan, kencing manis dan hipertensi, maka risikonya rendah. "Pasien ini jika dari aspek fisik tidak gemuk, bapak ini (pasien sembuh) sepertinya dia enjoy aja, jadi tidak stres dan tidak takut," katanya.

Salah satu penyebab menurunnya daya tahan tubuh adalah pikiran. Sidiq menyebut, dari aspek pencegahan, setiap pasien terkonfirmasi positif COVID-19 harus dilakukan isolasi. "Kemudian bagi yang telah dikarantina baik di rumah maupun tempat isolasi maka yang harus diperhatikan adalah tidak boleh stres," pesannya.

Dia menambahkan, selama belum ada vaksin untuk mencegah virus corona, maka yang paling kuat untuk melawan adalah daya tahan tubuh. "Karena dengan imunitas maka akan timbul kekebalan untuk melawan virus," katanya.
Baca juga: Sebagian besar kematian pasien lansia COVID-19 penderita demensia

Pewarta: Andilala
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020