Jakarta (ANTARA) - Dalam upaya menyiapkan layanan 5G, operator telekomunikasi XL Axiata menggelar uji coba Dynamic Spectrum Sharing (DDS), teknologi yang memungkinkan pemanfaatan spektrum yang sama untuk layanan 4G dan 5G.

"Kita melakukan trial ada tiga site di Depok yang kita lakukan Dynamic Spectrum Sharing bekerjasama dengan Ericsson. DDS adalah bagaimana kita melakukan sharing frekuensi yang sudah kita punya untuk teknologi yang ada, misalnya 1800MHz dan 2100MHz kita pakai 4G dan 5G," ujar Director & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa, dalam konferensi pers virtual, Rabu.

Baca juga: 3 Indonesia bangun lebih dari 6.000 BTS 4.5G Pro pada 2020

Gede menjelaskan Dynamic Spectrum Sharing akan menentukan sendiri jumlah alokasi untuk 4G dan 5G tergantung pada jumlah pelanggan dan aplikasi yang masuk. Teknologi tersebut juga menggunakan peralatan atau infrastruktur yang sudah ada, mulai dari base band sampai dengan antena.

Uji coba yang dilakukan pada spektrum yang sudah dimiliki XL Axiata, yaitu 1800MHz dan 2100MHz, itu menurut Gede, juga telah memperhatikan sejumlah perangkat yang telah beredar di pasaran saat ini, seperti iPhone 12 Series dan Samsung Galaxy S20 Series.

Uji coba yang dilakukan di area Depok, tepatnya UI Depok - Pondok Cina, Bunda Margonda, Kampus UI Relocation, tersebut berada pada tahap optimasi dan evaluasi performa.

"Sudah kita lakukan testing, dan hasilnya adalah kalau kita lihat dari sisi speed mencapai 176-180Mbps untuk yg 5G, tapi kalau dilihat dari latensinya bisa sampai 11ms," kata Gede.

Capaian tersebut, menurut Gede, belum dioptimalisasi, misalnya dengan penambahan kapasitas dan penyesuaian performa.

"Jadi, dengan kondisi sekarang saat dilakukan uji coba, hasilnya sudah sangat baik, yang kita dapatkan adalah bagaimana 4G dan 5G bisa sharing frekuensi, bisa hand shake karena ini non-standalone, bisa masing-masing memberikan experience terbaik buat pelanggan, tentunya kita akan mengharapkan experience yang jauh lebih baik jika 5G yg sebenarnya akan datang," Gede melanjutkan.

Secara umum, Gede mengatakan 5G akan memungkinkan semua operator untuk mengembangkan kapasitas jauh lebih besar dengan spektrum yang sama atau spektrum efisiensi. Tidak hanya itu, 5G juga akan membuat latensi sangat rendah, sehingga antara sumber data dan pelanggan yang memakainya akan jauh lebih dekat.

Demikian pula dengan koneksi, jika saat ini hanya 20 perangkat yang terhubung, maka nantinya 5G akan memungkinkan koneksi yang lebih besar, hingga mencapai 2.000 perangkat.

Teknologi 5G juga disebut Gede mengurangi power consumption, dengan penurunan hingga 90 persen dibandingkan saat ini. Dalam penggunaannya sehari-hari, layanan internet generasi kelima itu, juga akan menghadirkan pengalaman data yang lebih baik.

"Bukan hanya HD, bahkan nantinya Ultra HD, gaming tanpa lagging sehingga experience dalam bermain game online lebih baik. Penerapan IoT sebagai bisnis baru, kalau skarang masih terbatas, nantinya bisa ribuan bahkan jutaan," ujar Gede.

"Kalau sekarang bukan hanya mengenai industri, kita juga menyasar wearable, nantinya akan menjadi pangsa pasar yang sangat besar, bukan hanya smartwatch. Use case - use case itu akan semakin bermunculan begitu semua kapabilitas ini kita dapatkan dengan teknologi 5G," dia menambahkan.

Baca juga: Ibu kota negara jadi kandidat penerapan 5G di Indonesia

Baca juga: Bisakah "vehicle-to-vehicle" diadaptasi Indonesia lewat 5G?

Baca juga: Spektrum jadi kunci utama siapkan 5G di Indonesia

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020