Jakarta (ANTARA) - Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak mendukung atlet "melompati antrean" untuk mendapatkan vaksin COVID-19, kata Presiden Thomas Bach, merespon kabar bahwa beberapa Komite-komite Olimpiade Nasional (NOC) mengungkapkan rencana untuk vaksinasi atlet-atletnya sebelum Olimpiade Tokyo.

Bach, seperti dikutip Reuters Rabu (Kamis WIB), menambahkan bahwa terserah kepada NOC untuk berkoordinasi dengan pemerintah masing-masing mengenai akses atlet ke vaksin.

Komite Olimpiade Israel mengatakan kepada Reuters pada Rabu pagi bahwa mereka telah menginokulasi setengah dari delegasi Olimpiade dan akan menyelesaikan prosesnya pada akhir Mei.

Israel saat ini tercatat sebagai yang tertinggi di dunia dalam vaksinasi per kapita, setelah menginokulasi sekitar 30 persen dari sembilan juta penduduknya dengan setidaknya satu dosis.

"Kami selalu menegaskan bahwa kami tidak mendukung atlet yang melompati antrean," kata Bach pada konferensi pers virtual setelah pertemuan dewan eksekutif pertama tahun ini.

"Di baris pertama harus ada kelompok berisiko tinggi, petugas kesehatan dan orang-orang yang menjaga masyarakat kita tetap hidup. Itu adalah prioritas pertama dan ini adalah prinsip yang telah kita tetapkan.

"Untuk realitasnya terserah kepada masing-masing pemerintah untuk memutuskan tentang vaksinasi dan akses ke vaksinasi. Itu sebabnya kami telah meminta NOC untuk menghubungi pemerintah masing-masing."

NOC Hungaria berencana untuk mulai memvaksinasi atlet Olimpiade dalam "beberapa minggu", sementara chef de mission Denmark berharap kontingen negara yang terdiri dari sekitar 150 atlet dan 200 ofisial itu akan diinokulasi penuh pada 1 Juli.

Kasus virus corona telah melampaui 100 juta secara global pada Rabu, menurut penghitungan Reuters, ketika negara-negara di seluruh dunia berjuang dengan varian virus baru dan kekurangan vaksin.

Sebagian besar Jepang berada dalam keadaan darurat karena gelombang ketiga infeksi, tetapi Bach menegaskan kembali komitmen IOC untuk Olimpiade, yang akan dibuka pada 23 Juli setelah ditunda selama setahun karena pandemi.

Beberapa negara, seperti Yunani dan Belgia, sedang menunggu izin pemerintah untuk melanjutkan vaksinasi bagi para atlet.

Komite Olimpiade Belgia telah meminta "400 hingga 500" vaksin untuk delegasi Olimpiade, sementara presiden Komite Olimpiade Yunani, Spyros Capralos, telah meminta pemerintah untuk memprioritaskan atlet setelah staf medis dan orang tua.

"(Kami) akan terus menekan pemerintah Yunani agar semua atlet divaksinasi," kata seorang juru bicara kepada Reuters melalui email.

Beberapa negara masih ragu untuk memprioritaskan atlet daripada mereka yang lebih membutuhkan vaksin.

NOC Jerman mengatakan mereka akan "mengantre" dan tidak mengganggu rencana vaksinasi nasional, sementara Asosiasi Olimpiade Inggris mengatakan prioritasnya adalah "orang-orang yang rentan, lanjut usia dan pekerja garis depan".

Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USOPC) belum mengeluarkan kebijakan resmi, tetapi kepala medisnya mengatakan atlet AS tidak akan melompati antrean apa pun untuk mendapatkan suntikan, meskipun USOPC mungkin mempertimbangkan untuk membeli vaksin ketika tersedia untuk masyarakat umum. .

Bach telah mengatakan sebelumnya bahwa vaksinasi tidak akan diwajibkan bagi para atlet dan staf di Olimpiade.

Baca juga: Panitia Tokyo 2020 bilang nasib Olimpiade kini ada di tangan AS
Baca juga: Komite Olimpiade ingin periksa alasan kekhawatiran publik Jepang
Baca juga: Florida tawarkan diri gantikan Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade
Baca juga: Dewan Olimpiade bahas masalah Tokyo tapi pastikan bukan pembatalan

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2021