Bandarlampung (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung mencatat ada dua anggotanya yang meninggal dunia akibat terinfeksi COVID-19 di tahun 2020.
 
"Dalam catatan kami hanya ada dua dokter yang meninggal dunia karena virus corona," kata Wakil Ketua IDI Lampung dr Boy Zaghlul Zaini MKes, di Bandarlampung, Rabu.
 
Dia pun berharap dokter-dokter terutama yang menangani kasus infeksi virus corona dapat lebih waspada agar tidak ada lagi tenaga kesehatan menjadi korban karena terinfeksi COVID-19.
 
"Dokter ini kadang pintar sekali mengasih penjelasan kepada pasien, tapi terkadang pula abai dengan diri sendiri," kata dia.

Baca juga: IDI catat tujuh orang dokter di Malang Raya meninggal akibat COVID-19
 
Menurutnya, kebanyakan dokter yang terinfeksi oleh virus corona bukan tertular dari rumah sakit, namun saat mereka sedang berada di luar lingkungan tempat kerjanya.
 
Kemudian juga, lanjut dia, faktor lain kenapa tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan bidan bisa terpapar corona karena mereka memiliki tingkat stres tinggi sehingga imunitasnya berkurang.
 
"Imunitas itu tergantung dari stres, jadi jika stres imunnya pun berkurang, disamping keilmuannya yang harus menyelamatkan orang, dokter memiliki tingkat stres yang tinggi, walau pun itu merupakan pekerjaan atau profesi kami sehari-hari," kata dia.
 
Menurutnya, sekarang ini dokter-dokter yang mengurus atau berjaga di ruang isolasi COVID-19 sudah pasti tingkat stresnya sangat tinggi dibandingkan yang lain sebab harus memakai baju hazmat level tiga dalam waktu sekian jam sehingga pola makan dan minumnya terganggu.
 
"Baju hazmat level tiga ini kan tidak boleh dibuka sampai mereka selesai bertugas, jadi pola makan dan minum para dokter juga terganggu. Ini juga dapat membuat imunitas dan tingkat stres mereka bertambah sehingga mudah terpapar COVID-19," kata dia.

Baca juga: IDI Jateng: Sudah 35 dokter meninggal akibat COVID-19
 
Selain itu, kata dr Boy, kondisi dokter yang kurang istirahat atau tidur juga menjadi salah satu penyebab mengapa imunitas mereka turun, belum lagi teman-teman ini juga kemungkinan ada yang praktek lintas kabupaten/kota yang membuat kondisi fisik terkuras dan tingkat stres berlebih.
 
"Tuntunan masyarakat itu kan dokter tidak boleh sakit, lalu kami juga terkadang diuber-uber waktu, pasien baik COVID-19 atau tidak berhenti-henti ditambah, ada rasa khawatir dan ketakutan tersendiri sehingga membuat imun turun, ini juga penyebab kenapa mereka terpapar COVID-19," kata dia.
 
Faktor lain kenapa banyak nakes terkena virus corona kemungkinan besar ada pada saat perjalanan atau saat berinteraksi dengan keluarga, kerabat atau tetangga di rumah atau di luar rumah yang mereka tidak tahu orang tersebut tanpa gejala.
 
"Oleh karena itu sekarang bukan 3M lagi namun 5M yang menjadi fokus mencega pandemi COVID-19. Tambahan 2M-nya lagi yakni mengurangi mobilitas dan interaksi kemudian mengurangi kerumunan," kata dia.
 
Dia pun mengajak agar masyarakat juga bersama-sama menjaga protokol kesehatan dan jangan abai serta tidak sungkan berbicara memakai masker meski dengan saudara, kerabat maupun tetangga.
 
"Begitu pula dengan kawan dokter jangan pernah sungkan menerapkan protokol kesehatan kepada siapa pun karena kita kan tidak tahu apakah orang tersebut tanpa gejala atau tidak," kata dia.

Baca juga: IDI: Empat dokter di Kepri meninggal terpapar COVID-19
Baca juga: Dokter RSUD Temanggung meninggal terkonfirmasi COVID-19
Baca juga: Angka kematian nakes akibat COVID-19 memuncak di Desember

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021