Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong potensi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, guna menjadi sentra pangan dengan sektor perikanan sebagai komoditas utama di daerah tersebut.

"Dimulai sejak 2017, kita harapkan melalui SKPT yang kita kawal ini bisa menjadi pengungkit ekonomi masyarakat Biak," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.

Artati memastikan, pembangunan SKPT Biak tak hanya berupa sarana dan prasarana, melainkan termasuk pembangunan sumber daya manusia perikanan.

Dia memaparkan, pembangunan sarana dan prasarana meliputi antara lain gudang beku terintegrasi atau Integrated Cold Storage System (ICS) berkapasitas 200 ton, pangkalan pendaratan ikan di PPI Fandoi, pemberian 100 unit kapal berukuran 3GT beserta alat tangkapnya, penyediaan sarana rantai dingin berupa 1 unit iceflake machine, 603 unit cool box, 388 unit chest freezer dan 1 unit kendaraan berpendingin roda 6 serta pembangunan dermaga tambahan di PPI Fandoi untuk tambat kapal 3 GT, pasar Ikan Fandoi di Distrik Biak Kota dan pasar ikan Bosnik di Distrik Biak Timur.

Kemudian dari sisi pembangunan SDM perikanan, lanjutnya, KKP mengedukasi nelayan dari menangkap ikan secara tradisional menuju modern dengan menggunakan kapal motor, melatih cara penangkapan dan penanganan ikan yang baik diatas kapal serta meningkatkan kapasitas kelembagaan dari kelompok informal menjadi berbadan hukum koperasi.

"Tujuan dari pembangunan SDM ini untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi masyarakat nelayan," jelas Artati.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Biak Numfor, Effendi Igirisa menyatakan bahwa pembangunan SKPT telah memberikan kesempatan bagi kalangan nelayan untuk dapat memanfatkan sumber daya ikan lebih optimal dan tentunya berdampak pada peningkatan kesejahteraan.

"Sejak beroperasionalnya SKPT Biak tingkat pendapatan nelayan meningkat hampir tiga kali lipat per bulannya," ujar Effendi.

Sementara itu dari sisi permodalan usaha, Direktur Usaha dan Investasi Ditjen PDSPKP KKP, Catur Sarwanto sebagai penanggung jawab SKPT Biak menyebutkan telah menjadi penghubung nelayan dengan lembaga bank dan nonbank untuk mengakses permodalan.

"Tercatat pada Mei 2020, terdapat 42 nelayan yang telah menerima pencairan KUR BNI sebesar Rp2,1 miliar dan 19 KUB telah menerima pencairan LPMUKP dengan total sebesar Rp2,06 miliar," ungkap Catur.

Tak hanya mempersiapkan di sisi hulu, Catur Sarwanto memastikan juga mempersiapkan aspek hilir sebagai integrasi bisnis SKPT Biak Numfor, seperti dengan mempromosikan peluang usaha dan investasi Kabupaten Biak Numfor dalam forum bisnis.

Hasil dari kegiatan ini, lanjutnya, yaitu adanya penandatanganan rencana investasi Gudang beku dari PT. Lautan Pasifik Indonesia dan pembangunan pabrik es dari pihak swasta. Kemudian mengajak pemilik kapal dari Indramayu, Pati, Bitung dan Gorontalo untuk menangkap serta menyimpan ikannya di ICS SKPT Biak.

"Kita menargetkan tahun ini ICS SKPT Biak bisa menjual ikan keluar Biak dan mudah mudahan dapat melakukan ekspor pada kesempatan selanjutnya," ucap Catur.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021