Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap masjid bisa menjadi tempat untuk melestarikan cara berpikir Islami yang moderat dan tidak ekstrem (wasathiah)seperti diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Tempat yang paling baik untuk melakukan penguatan cara berpikir wasathy tersebut adalah masjid, karena tidak ada umat Islam yang lepas dari pengaruh masjid," kata Ma’ruf Amin dalam acara Milad ke-43 Masjid Istiqlal secara daring dari Jakarta, Senin malam.

Menurut Wapres, cara berpikir moderat dan dinamis berarti tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual semata, melainkan juga mengakomodasi manhaj baru, melakukan perbaikan dan inovasi untuk kondisi kehidupan yang lebih baik.

Baca juga: Rektor : konsep washatiyah bendung millenial Islam dari radikalisme
Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Islam Indonesia adalah moderat
Baca juga: MUI selenggarakan Konferensi Internasional Islam "Washatiyah"


Selain itu, lanjutnya, menerapkan pola pikir wasathy juga berarti tidak menyerahkan persoalan kehidupan sehari-hari sepenuhnya pada perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mengabaikan motivasi agama.

"Maksudnya di sini ialah tidak berpikir secara liberal. Dengan demikian, cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal-la tektualiyan wala liberaliyan-tetapi moderat, wasathiyan atau tawasuthiyan," tukasnya.

Dengan menerapkan cara berpikir moderat, dinamis dan tidak ekstrem tersebut, menurut Wapres, maka peradaban Islam dapat kembali terwujud seperti pada masa keemasan di zaman Nabi Muhammad SAW.

Wapres menjelaskan pada masa tersebut peradaban Islam menjadi supremasi peradaban dunia di mana Islam menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai dasar peradaban modern saat ini, seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar dan astronomi.

"Peran terpenting masjid adalah sebagai wadah untuk melestarikan cara berpikir sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Pelestarian dan penerapan cara berpikir tersebutlah yang kemudian melahirkan peradaban Islam menjadi peradaban dunia," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021