Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Republik Indonesia Dr Hammam Riza mendukung Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh memperkuat transformasi digital untuk membantu pemerintah memajukan Indonesia.

"Karena itu USK harus menguatkan institusinya sehingga bisa membantu pemerintah lebih cepat mewujudkan Indonesia maju melalui transformasi digital," kata Hammam Riza saat mengisi kuliah umum untuk USK secara virtual dari Jakarta, Sabtu.

Hammam mengatakan tranformasi digital merupakan langkah untuk mengubah budaya kerja. Hal tersebut dapat didukung dengan pemahaman kompetensi yang dimiliki dan harus memang dilengkapi mulai dari perguruan tinggi.

“Transformasi digital ini tidak dapat kita lakukan jika komponen dasarnya tidak kita kuasai, karena itu penting sekali USK mengembangkan pendalaman yang mendasar transformasi digital ini sehingga bisa melahirkan digital talent lainnya,” ujarnya.

Baca juga: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mulai terapkan kuliah tatap muka

Baca juga: Rektor USK Banda Aceh ingatkan peserta SNMPTN cermat pilih prodi


Hammam menyampaikan terdapat beberapa data yang patut menjadi perhatian terkait transformasi digital ini. Diantaranya jumlah populasi Indonesia yang naik 1,1 persen atau sekitar 2,9 juta jiwa selama pandemi COVID-19.

Selain itu, jumlah pengguna internet Indonesia juga naik secara signifikan yaitu 27 juta pemakai, serta pengguna aktif media sosial juga naik 10 juta. Data itu menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya telah masuk dalam tahapan transformasi digital secara global.

"Data ini juga menjelaskan, transformasi digital ini adalah sebuah keniscayaan yang harus kita lakukan," kata Hammam.

Hammam menyampaikan wabah COVID-19 juga turut mendorong Indonesia bergerak lebih cepat ke tahapan transformasi digital tersebut.

"Semua itu karena banyak sektor ekonomi termasuk industri kreatif telah bergerak ke arah digital saat pendemi ini," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Hammam juga meluruskan perspektif bahwa transformasi digital sejatinya bukanlah tentang bisnis atau teknologi, namun tentang budaya kerja. Hal ini terlihat dari semua pekerjaan yang telah bertransformasi secara digital, termasuk upaya kreatif yang dapat dilakukan secara digital.

“Jadi, transformasi digital itu bukan teknologi atau bisnis, tapi transformasi digital itu adalah budaya kerja, dan saat diri kita bekerja di kantor secara fisik, berubah dengan menggunakan physical hardware,” kata Hammam.

Sementara itu, Rektor USK Prof Samsul Rizal, mengakui artificial intelligent (kecerdasan buatan) saat ini telah menjadi kecenderungan di dunia, bahkan banyak yang menilai kehadirannya dapat menjadi ancaman karena bisa menggantikan pekerjaan manusia.

"Hal itu sudah terbukti dengan banyaknya pekerjaan manusia yang hilang karena tergantikan dengan teknologi," kata Prof Samsul Rizal.

Karena itu perguruan tinggi perlu merespon cepat perubahan tersebut, seperti USK yang telah melakukan berbagai kebijakan menghadapi transformasi digital ini.

Di antaranya, menyusun buku ajar yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa yang belajar teknologi informasi. Selain itu, USK melalui UPT Kewirausahaan juga sedang menyusun modul pembelajaran terkait technopreneurship.

“Hal inilah yang harus disahuti universitas, terutama program studi untuk mengubah kurikulum agar sesuai dengan perkembangan teknologi ke depan,” demikian Samsul Rizal.*

Baca juga: Rektor, Wakil Rektor, Dekan USK Banda Aceh positif terinfeksi COVID-19

Baca juga: Universitas Syiah Kuala Aceh lahirkan 26 insinyur profesional perdana

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021