Canberra (ANTARA) - Australia mengatakan pada Rabu akan meminta Uni Eropa (EU) untuk merilis satu juga dosis vaksin COVID-19 untuk membantu Papua Nugini melawan wabah yang berbahaya, permintaan yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan terkait pasokan vaksin.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa vaksin yang dikontrak untuk Australia sangat dibutuhkan untuk membendung lonjakan kasus virus corona di negara pulau Pasifik itu, yang sebagian hanya dapat ditempuh dengan perjalanan singkat menggunakan kapal dari teritori Australia.

“Kami telah memiliki kontrak atas (vaksin). Kami telah membayar dan kami ingin melihat vaksin-vaksin itu segera tiba sehingga kami dapat mendukung tetangga terdekat kami, PNG, untuk menghadapi kebutuhan darurat mereka di kawasan kami,” kata Morrison kepada wartawan di Canberra.

“Mereka adalah keluarga kami, mereka kawan kami. Mereka tetangga kami. Mereka mitra kami... Ini adalah kepentingan Australia, dan ini adalah kepentingan kawasan kami.”

Australia akan mendonasikan 8.000 dosis vaksin COVID-19 yang diproduksi secara lokal sebagai respon segera atas pewabahan tersebut, dan akan menyediakan satu juta dosis setibanya vaksin dari Eropa, kata Morrison.

Permintaan itu kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan Uni Eropa usai Brussels, atas permintaan Italia, memblokir pengiriman 250.000 dosis vaksin AstraZeneca PLC ke Australia, merujuk pada kekurangan pasokan vaksin di Eropa.

Pemblokiran itu merupakan penolakan pertama terhadap permintaan ekspor sejak Uni Eropa mendirikan mekanisme untuk memonitor alur vaksin pada akhir Januari.

PNG mencatat 82 kasus baru COVID-19 pada Senin, namun pejabat kesehatan tertinggi Australia mengatakan bahwa angka tersebut kemungkinan "jauh lebih kecil dari yang sebenarnya". Secara resmi, PNG telah mencatat hanya 2.000 kasus sejak pandemi dimulai.

Perdana Menteri PNG James Marape pada Selasa mengatakan bahwa COVID-19 telah "merajalela" mendesak orang-orang untuk menghindari perjalanan yang tidak penting.

Kepala Pejabat Kesehatan Australia Paul Kelly mengatakan bahwa PNG memiliki infrastruktur yang sedikit untuk dapat melakukan tes masal, dan segelintir tes yang dilakukan menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan.

"Ketika orang-orang dimasukkan ke rumah sakit di Port Moresby, setengah dari perempuan yang datang karena kehamilan menunjukkan hasil positif," kata Kelly kepada wartawan di Canberra.

Morrison memperingatkan bahwa wabah "tak terkendali" di PNG dapat menciptakan varian baru virus itu.

"Itu akan menjadi masalah besar tak hanya bagi PNG namun juga bagi kita dan bagi kawasan," kata Morrison.

Canberra juga akan menghentikan sementara semua perjalanan dari PNG mulai Rabu tengah malam, tambahnya.

Seorang sumber senior pemerintahan Australia mengatakan Uni Eropa memiliki alasan untuk memblokir pengiriman ke Australia pada awal bulan ini karena Canberra telah sangat sukses dalam membendung penyebaran virus, namun alasan tersebut tak akan cocok bagi PNG.

Badan-badan bantuan telah menyuarakan kebutuhan mendesak atas vaksin di negara miskin dengan penduduk hampir sembilan juta jiwa itu.

"PNG membutuhkan kesempatan untuk berjuang melawan (pandemi) ini, dan para dokter dan suster di garda depan dapat menjadi perbedaan dalam menentukan apakah ini akan dikendalikan atau menjadi bencana bagi sistem kesehatan PNG," kata Marc Purcell, kepala eksekutif dari Dewan Australia untuk Pengembangan Internasional - sebuah badan industri yang mewakili badan-badan bantuan Australia.

Sumber dari pemerintah Australia itu mengatakan Canberra akan mengajukan permintaan kepada Uni Eropa pekan ini dan jawaban kemungkinan akan diperoleh dalam beberapa hari. Dia menolak untuk disebutkan namanya karena dia tak memiliki otoritas untuk berbicara dengan media terkait hal tersebut.

Sumber: Reuters
Baca juga: Australia-Papua Nugini capai persetujuan soal pengungsi
Baca juga: WNI di perbatasan RI-PNG diimbau dukung pencegahan COVID-19
Baca juga: Australia berangkatkan 39 pencari suaka ke PNG

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021