Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkapkan bahwa sumber daya manusia (SDM) masih menjadi salah satu masalah mendasar dari pendidikan vokasi.

"Permasalahan paling mendasar bagi SMK adalah SDM, guru dan kepala sekolah. Maka itu, selain anggaran fisik dan non fisik, kita siapkan juga anggaran untuk men-training guru dan kepala sekolah," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto dalam bincang interaktif Program Merdeka Belajar ke-8: SMK Pusat Keunggulan secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan bahwa pihaknya akan lebih fokus melakukan pelatihan kepada guru yang ada (eksisting), baik yang normatif maupun produktif.

Baca juga: Dosen dapat rencanakan karier dengan perubahan beban kerja

Dan secara bersamaan, lanjut dia, pihaknya juga mempersiapkan guru dari industri untuk menggantikan guru yang masuk masa pensiun.

"Jadi kita perkuat eksisting, dan future kita siapkan bersama bersama dengan Dirjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan). Dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi guru pensiun besar-besaran," ucapnya.

Wikan menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan kebijakan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk menarik orang-orang industri menjadi guru SMK.

"Itu sekaligus menjawab agar guru dari industri bertambah. Itu menjawab guru produktif," ucapnya.

Sementara guru normatif yang sudah jadi guru produktif, lanjut dia, pihaknya akan melakukan sertifikasi agar kualitasnya meningkat.

"Kita sertifikasi kompetensi, training, kita magangkan di industri," katanya.

Baca juga: Nadiem sebutkan ada 6 dukungan dalam program SMK Pusat Keunggulan

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Merdeka Belajar episode delapan yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pusat Keunggulan.

"Ini merupakan realisasi dari visi Pak Presiden mengenai sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia melalui pendidikan vokasi yang berkualitas dan untuk meningkatkan berbagai macam objek SDM kita di negeri ini," ujarnya.

Nadiem mengakui bahwa saat ini SMK masih sulit menjawab kebutuhan dunia kerja sehingga kondisi itu perlu dibenahi. Untuk itu perlu adanya solusi komprehensif untuk menjawab tantangan dalam rangka pembenahan kondisi SMK sejalan dengan kebutuhan dunia kerja.

Baca juga: Mendikbud luncurkan Merdeka Belajar SMK Pusat Keunggulan
Baca juga: Kampus Mengajar diikuti lebih dari 14.000 mahasiswa
Baca juga: Pemerhati sosial: Pembelajaran tatap muka perlu segera dilakukan

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021