Sorong (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan lokakarya (workshop) penguatan kapabilitas bagi kepala SMK yang berasal dari Provinsi Papua dan Papua Barat melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan atau GSM dan pengembangan kemitraan strategis dengan dunia kerja.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto di Sorong, Senin, berharap kegiatan ini dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang positif guna menyiapkan lulusan SMK yang berkarakter dan sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri mendukung.

Dia mengatakan bahwa Kemendikbud ingin membangun Sumber Daya Manusia atau SDM yang ada di Papua dan Papua Barat, dengan membangun pola berpikir, inovasi, dan keberanian untuk menciptakan terobosan-terobosan baru.

Untuk itu, yang didorong adalah kepala-kepala SMK dan jajaran pemimpin SMK di Papua dan Papua Barat melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Baca juga: Ditjen Vokasi akan tunjuk 900 SMK Pusat Keunggulan pada 2021

Baca juga: Kemendikbud kembangkan D-3 menjadi D-4 dan SMK jalur cepat D-2


Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses keikutsertaan kepala SMK di Provinsi Papua dan Papua Barat dalam program-program di Ditjen Diksi, serta mengembangkan visi dan pola fikir mereka layaknya seorang CEO.

"Agar nantinya proses link and match antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia industri dapat berjalan berlanjut dan selaras," ujarnya.

Ia menekankan bahwa kepala sekolah harus memiliki karakter pemimpin subur yang kuat sebagai pembangun yang mencakup fungsi sebagai motivator dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat.

“Target spesial, agar benar-benar bisa membangun kepemimpinan dan pola pikir kepala SMK se-Papua dan Papua Barat,” kata Wikan.

Penggagas GSM, Muhammad Nur Rizal yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan gerakan tersebut sebagai mitra pendidikan membantu untuk mengubah pola pikir, paradigma pendidikan dan perilaku pelaku pendidikan agar orientasinya tidak hanya penguasaan konten tetapi pada soft skill dan kompetensi.

“Harapannya dengan perubahan paradigma ini, akan tumbuh anak-anak yang punya talenta terbaik sehingga link and match dengan dunia industri berdasarkan passion dari anak-anak itu," ujar dia.

Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ahmad Saufi menyatakan perlunya perubahan pola pikir dalam sistem pembelajaran agar penyiapan hard skills yang menjadi fokus SMK selaras dengan pengembangan karakter peserta didik.

“Untuk mencapai hal ini, perlu diwujudkan suatu bentuk ekosistem pendidikan yang mengedepankan suasana belajar yang menarik, nyaman, dan menyenangkan agar peserta terus memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas belajar,” katanya lagi.*

Baca juga: Dirjen : Program SMK-D2 Jalur Cepat padukan sistem Jepang dan Jerman

Baca juga: Kemendikbud sebut 476 SMK jadi pusat unggulan

Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021