Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggandeng University of Waterloo, Kanada, untuk mempercepat penerapan Kampus Merdeka dan delapan indikator kinerja utama (IKU).

“Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang dijalin antara Ditjen Dikti dengan University of Waterloo. Melalui kerja sama ini diharapkan perguruan tinggi Indonesia dapat melakukan implementasi program Kampus Merdeka dengan University of Waterloo,” ujar Direktur Jenderal Dikti Kemendikbud Prof Nizam, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Nizam menjelaskan Indonesia memiliki lebih dari 4.613 kampus dengan 8,8 juta mahasiswa, 291.970 dosen dan 36.189 program studi. Tren yang ada saat ini adalah meningkatkan standar perguruan tinggi dengan meningkatkan kualitas pelatihan dan penelitian sejalan dengan tuntutan dunia industri di era digital.

“Untuk mendukung perkembangan sektor pendidikan tinggi di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka untuk lebih beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi,” ujarnya.

Nizam menjelaskan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah memodernisasi pendidikan tinggi melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang berfokus pada tiga hal, yaitu meningkatkan mobilitas siswa dan pilihan belajar, mendorong program studi yang progresif dan fleksibel, dan mempromosikan peningkatan kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan tinggi.

Nizam berharap ke depannya kerja sama dan kolaborasi dapat dijajaki lebih jauh dari partisipasi aktif dan keterlibatan perguruan tinggi di Indonesia.

"Semoga kerja sama ini dapat menginspirasi kerja sama ke depannya khususnya untuk mengembangkan pemimpin baru yang profesional dari Indonesia dan Kanada," katanya.

Adapun lingkup dalam kerja sama itu meliputi kolaborasi yang diwujudkan melalui pertukaran kunjungan, pengembangan kurikulum bersama, pengakuan atas transfer kredit, akses ke blended learning atau Massive Open Online Course, penelitian bersama dan kolaborasi internasional, pengembangan ilmu big data dan proyek bersama pada artificial intelligence (AI ).

Kerja sama itu menitikberatkan pada peningkatan sumber daya manusia, dengan penekanan khusus pada kualitas dan daya saing sumber daya manusia pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024.

Wakil Presiden Asosiasi Internasional Universitas Waterloo, Ian Rowlands menjelaskan pihaknya menyatakan visi menghubungkan harapan dengan dampak untuk dunia yang lebih baik.

Baca juga: Mendikbud luncurkan kebijakan Kampus Merdeka

"Rencana strategis menekankan komitmen kami untuk mengembangkan pelajar berprestasi yang siap menghadapi dunia modern untuk memajukan penelitian demi kebaikan global, dan memelihara komunitas yang peduli," katanya.

Baca juga: Kemendes sambut baik program Kampus Merdeka Nadiem Makarim

Rowlands meyakini bahwa kerja sama antara Indonesia dan University of Waterloo bisa berjalan dengan baik dan dapat memenuhi komitmen yang ingin dibangun.

Baca juga: Perguruan tinggi berharap keleluasaan dalam Program Kampus Merdeka

Sebelumnya, Ditjen Dikti melalui proyek READI juga telah berhasil berkolaborasi dengan University of Waterloo sejak tahun 2015. Kolaborasi utama menyangkut tentang Pendidikan Belajar-Bekerja Terpadu (co-operative education), pengembangan kurikulum, e-learning dan peningkatan industri dan universitas.

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021