Mungkin ada (dampaknya), tapi belum terlalu terlihat
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Pemerintah Kota Jakarta Utara kembali mengambil sampel air dari Kali Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, untuk pengujian baku mutu di laboratorium.

Hal itu setelah ditemukan kembali adanya sejumlah ikan yang mati secara misterius di kali yang sering menjadi objek pemancingan oleh warga sekitar kawasan pintu air Ancol tersebut.

"Kami belum berani jawab (soal keamanan ikan dikonsumsi) sebelum hasil laboratorium keluar. Tapi kalau sekilas info saja, kalau mereka (warga) mau memancing ikan di sini dan ada racunnya, kan minimal pasti mereka sudah muntah, sakit perut atau apa. Tapi mereka, kayaknya masih kuat ya," kata Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Sudin LH Jakarta Utara Suparman kepada wartawan di Ancol, Selasa.

Ia menambahkan, bisa saja memang ada dampak negatif yang dirasakan tubuh ketika mengonsumsi ikan-ikan tersebut, hanya saja dampak tersebut belum terlalu terlihat atau terasa.

"Mungkin ada (dampaknya), tapi belum terlalu terlihat," kata Suparman.

Tahun kemarin, kata Suparman, juga pernah terjadi kasus yang sama dimana ikan-ikan air tawar yang hidup di Kali Ancol itu mati secara misterius.

Baca juga: Sudin Lingkungan Hidup Jakut selidiki potensi pencemaran Kali Ancol
Warga turun dari perahu eretan yang menyeberangi aliran Kali Ancol di Jakarta, Sabtu (10/8/2019). . ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama.
Ia belum mau memberikan jawaban ketika ditanya wartawan, apa benar ikan Kali Ancol tersebut telah tercemar limbah.

Sebab, kata dia, bisa saja kasus ikan mati itu jadi penanda adanya perubahan iklim dan bukan karena pencemaran limbah. Hampir setiap tahun terjadi kasus ikan mati di kawasan tersebut.

Ia menjelaskan, iklim panas dapat menimbulkan penipisan oksigen di dalam air sehingga perubahan iklim menjadi salah satu dugaan penyebab ikan mati.

"Dengan kondisi terik matahari yang panas dan air yang sedikit ini bisa oksigen enggak dapat, jadi panas, dan ikan bisa mati. Lalu kotoran-kotoran di dasar tanah membuat air (terlihat) semakin keruh," kata Suparman.

​​​​​Ia menambahkan, hampir setiap tahun terjadi kasus yang sama di lokasi yang sama. Tapi kalau itu terjadi (pencemaran limbah), berarti setiap saat ikan mati.

"Bahkan, bukan ikan saja, semua yang ada di dalam air ini akan memberikan tanda adanya pencemaran limbah," katanya.

Baca juga: Kali Ancol Meluap Banjiri Rumah Warga
 Kali Ancol. (ANTARA/Fianda Rassat)
Untuk itu, Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara sudah menurunkan tujuh petugas untuk mengambil sampel air dari dua titik Kali Ancol, yaitu sampel di atas pintu air dan satu titik lagi di lokasi bawah pintu air.

Dari masing-masing titik, ada dua liter air yang diambil petugas yang kemudian dimasukkan ke dalam dirigen.

"Kenapa kami ambil dua titik, karena sebagai pembanding dari peristiwa (tahun) kemarin. Yang kami lihat, kondisi air yang di atas (pintu air) tidak terlalu keruh seperti yang di bawah," katanya.

Tapi apakah air itu masih memenuhi baku (mutu air) atau tidak, nanti hasil laboratorium yang akan menjawab. Termasuk ada kandungan apa saja nanti akan dijawab oleh laboratorium.

"Jadi kami belum bisa mengindikasikan air ini tercemar limbah atau tidak kami tidak bisa menjawab," kata Suparman.

Pihaknya minta hasil analisis secepatnya, kalau normatif 15 hari. "Mudah-mudahan kurang dari 15 hari sudah bisa keluar hasilnya dan kami akan menjawab ke media," kata Suparman pula.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021