Surabaya (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyarankan Lembaga Sensor Film (LSF) daerah dipertahankan eksistensinya karena masih sangat dibutuhkan untuk dunia sineas lokal.

"Bahkan kalau perlu ditambah, karena banyak materi-materi lokal di daerah atau produk budaya lokal yang disensorkan di LSF Pusat," ujarnya menanggapi wacana penutupan satu-satunya perwakilan LSF daerah di Jatim oleh Pusat di sela kunjungan resesnya di Surabaya, Jumat.

Baca juga: LSF sebut film untuk anak masih sedikit

Menurut dia, LSF di daerah dipandang perlu membentuk kantor perwakilan dengan harapan memberikan kemudahan kepada para sineas lokal untuk menyensorkan materinya sehingga tidak perlu ke Jakarta.

Kehadiran LSF di daerah, kata dia, dipastikan mempermudah kinerja yang terkait di bidang perfilman.

"Apalagi sineas dan rumah produksi di Jawa Timur terbilang cukup banyak memproduksi karya-karya film dan iklan oleh sineas-sineas mereka," ucapnya.

Baca juga: Menteri PPPA dukung Budaya Sensor Mandiri LSF

Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur itu menilai ada beberapa alasan perlunya LSF daerah dipertahankan, salah satunya otensi film lokal berkembang cukup baik meski di masa pandemi mengalami penurunan.

"Sebagai contoh di Jatim, berdasarkan data LSF Jatim, rumah produksi (PH) yang produktif tercatat 40 PH yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perfileman Republik Indonesia (APPRI)," tutur LaNyalla.

Baca juga: LSF ingin budaya sensor mandiri mengakar di masyarakat

Alasan lainnya, lanjut dia, potensi TV lokal menjadi obyek pemantauan LSF, baik skala regional maupun lokal daerah.

Sebagaimana diketahui, TV lokal dan platform digital berkembang pesat di Jatim. Berdasarkan data dari KPID Jatim pada tahun 2019 terdapat 85 stasiun TV dari berbagai platform.

"Hal ini menjadi penting bagi LSF untuk turut mengawal dan memastikan masyarakat Jatim memperoleh tayangan atau hiburan sehat dan edukatif," kata alumnus Universitas Brawijaya Malang tersebut.

Mantan Ketua Umum PSSI itu juga menyampaikan, sosialisasi budaya sensor mandiri mendapatkan respons positif dari berbagai dari kalangan akademis, lembaga pendidikan/pondok pesantren serta organisasi kemasyarakatan (Muhammadiyah dan NU) organisasi kesenian dan komunitas film.

"Peran lembaga sensor amat penting agar tayangan yang disajikan itu dapat berkualitas, sesuai standar etika yang berkembang di masyarakat, dan yang terpenting menjadi benteng bagi Akhlaqul Karimah masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila," kata senator asal dapil Jatim tersebut.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021