Yogyakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri Indonesia harus memperkuat usaha mikro, kecil, dan menengah dengan akses pasar, teknologi modern, akses modal, dan pelatihan manajemen usaha agar usaha itu bisa tetap bertahan dan berkembang.

"Saat ini jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sebanyak 51 juta orang. Jika mereka nanti bisa `go international`, tentu bagus, sehingga mereka bukan hanya jago kandang," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sandiaga S Uno, di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia pada pertemuan dengan jajaran Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), semakin banyaknya "free trade agreement" (FTA/perjanjian pasar bebas) yang diikuti Indonesia, diperlukan strategi yang matang untuk menghadapinya.

FTA menjadi tantangan yang harus dihadapi dunia usaha Indonesia, karena masuknya produsen asing yang akan mengambil porsi produsen lokal.

Berkaitan dengan hal itu, harga yang murah dan kualitas akan menjadi isu yang sangat penting.

"Industri besar mungkin jauh lebih siap, tetapi sektor UMKM belum diketahui seberapa siap mereka menghadapi FTA," kata Sandiaga yang mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2010-2015.

Ia mengatakan sebagai organisasi yang membina pengusaha Indonesia di seluruh tingkatan secara nasional, Kadin bertekad memperbanyak pengusaha yang mampu eksis dan bermain di kancah global.

"Pengusaha harus bergerak bersama, dan Kadin Indonesia di pusat akan menjadi pemimpin agar pengusaha di negeri ini bukan hanya jago kandang," katanya.

Oleh karena itu, seluruh pengusaha Indonesia harus mampu meningkatkan ketajaman visi bisnisnya, mengingat persaingan bisnis global semakin ketat.

"Di tingkat domestik saja persaingan sudah sangat ketat, apalagi jika masuk ke tingkat global. Oleh karena itu, perlu dilakukan program khusus yang berjenjang di semua tingkatan, tidak hanya pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil," katanya.(*)
(U.B015/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010