Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan berbagai teknologi untuk keperluan mitigasi perubahan iklim, termasuk teknologi untuk mengolah gas metana menjadi energi guna mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Pemanfaatan gas metana untuk bahan bakar bisa mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Kepala BPPT Hammam Riza saat dihubungi dari Jakarta, Senin.

Hammam mengemukakan, biogas yang mengandung gas metana, yang terbentuk dari degradasi limbah organik cair maupun padat, harus dimanfaatkan agar tidak terbuang ke lingkungan.

Gas metana mempunyai nilai emisi 21 kali dibanding gas karbon dioksida. Pengolahan dan pemanfaatan gas metana akan mengurangi emisi metana ke atmosfer.

BPPT juga telah mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah/insinerator modular untuk mencegah terbentuknya gas metana dari proses pembusukan sampah lewat pembakaran terkendali serta komposting untuk mencegah terbentuknya gas metana dari proses pembusukan sampah melalui pengolahan secara aerob.

Selain itu, BPPT mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan sampah organik, teknologi mikro algae untuk menyerap gas karbon dioksida di cerobong industri, teknologi produksi bersih, teknologi untuk menghasilkan energi terbarukan, serta teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

"Dengan berkurangnya penggunaan energi, maka akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan," ujar Hammam.

Di samping mengembangkan teknologi untuk mitigasi perubahan iklim, BPPT mengembangkan teknologi adaptasi perubahan iklim seperti teknologi modifikasi cuaca untuk pengisian waduk dan sumber air guna mengatasi dampak iklim ekstrem dan teknologi modifikasi cuaca untuk memindahkan curah hujan ke tengah laut guna mencegah banjir dan tanah longsor.

Baca juga:
DKI Jakarta manfaatkan gas metana untuk tekan emisi gas rumah kaca
Satu ton sampah bisa lepaskan 50 kg gas metana

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021