Pengetatan moneter di AS bisa mendorong penguatan dolar AS
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah, seiring ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 9.52 WIB, rupiah melemah tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.358 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.355 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, rupiah berpotensi melemah hari ini seiring dengan ekspektasi pasar yang masih tinggi terhadap kenaikan inflasi di AS.

Menurut Ariston, kenaikan inflasi berpotensi mengubah kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), menjadi lebih ketat.

Baca juga: Dolar dekati terendah 3 bulan, tertekan prospek Fed yang "dovish"

"Pengetatan moneter di AS bisa mendorong penguatan dolar AS," ujar Ariston.

Ariston menuturkan pasar menantikan pernyataan anggota dewan gubernur The Fed terkait kebijakan moneter ke depan pada Selasa (25/5) malam.

"Selain itu, kenaikan kasus COVID di dunia juga menjadi kekhawatiran pasar yang bisa memicu pasar keluar dari aset berisiko," kata Ariston.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya pagi ini berada di level 90,037, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 90,017.

Baca juga: Yuan berbalik jatuh 108 basis poin terhadap dolar AS

Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,623 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,632 persen.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.400 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.300 per dolar AS.

Pada Jumat (21/5) lalu, rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.355 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.375 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup menguat, ditopang surplus perdagangan RI

Baca juga: Pasar saham Asia berhati-hati jelang laporan inflasi AS, Bitcoin jatuh

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021