kondisinya masih utuh
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Warga di Desa Wajak Lor, Tulungagung, Jawa Timur tak sengaja menemukan sebuah sumur kuno yang lokasinya ada di tengah areal persawahan desa setempat.

"Kami baru mendapat laporannya kemarin (Kamis, 27/5). Kondisinya masih utuh dengan lingkungan sekitar terdapat tanaman mojo," kata Kasi Pelestarian Cagar Budaya Museum dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tulungagung, Winarto, Jumat.

Hasil pemeriksaan awal, sumur kuno dengan diameter sekitar 60 centimeter itu memiliki kedalaman 180 centimeter. Sumur dengan ukuran lingkar tergolong kecil itu dibuat dengan enam jobong yang diyakini berusia ratusan tahun.

Dugaan sumur kuno didasarkan pada bahan yang digunakan untuk pembuatan sumur yang terbuat dari gerabah atau disebut “jobong”.

Jobong-jobong inilah yang membentuk sumur, berfungsi sebagai penyangga dinding agar tidak ambrol/runtuh.

Baca juga: Temuan situs kuno di Tol Malang-Pandaan diduga dari era pra Majapahit
Baca juga: BPCB Trowulan siapkan ekskavasi lanjutan Situs Sekaran


Saat ini, jobong-jobong tersebut masih kelihatan utuh dengan ketebalan sekitar satu centimeter, tinggi sekitar 60-70 centimeter dan diameter 60 cm.

Di sekitar sumur banyak ditemukan pohon mojo yang buahnya berasa pahit dan rimbunan pohon pisang.

Menurut penjelasan Winarto, pohon mojo dapat dikenali dengan mudah dari buahnya yang berwarna hijau terang, mirip jeruk Bali namun rasanya pahit.

Pohon ini sering muncul dalam kisah-kisah awal munculnya Kerajaan Majapahit.

Penemuan sumur ini kata Winarto bermula saat warga membersihkan area sekitar sumur, untuk digunakan sebagai lapangan. Sumur ini tertutup semak-semak.

Rencananya, sumur ini akan dikaji dengan menggandeng BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) Trowulan, Mojokerto Jawa Timur. "Kalau bisa dipertahankan, kita akan berkoordinasi dulu dengan desa," kata Winarto. 

Baca juga: Pemprov Jatim bangun museum iptek situs Majapahit
Baca juga: Situs pra-Majapahit Sekaran butuhkan atap pelindung

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021