Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi finansial (fintech) yang bergerak di bidang pembayaran PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk membidik penambahan 5.000 merchant pada 2021 dengan nilai transaksi bruto Rp10 triliun.

"Kalau untuk target kita di 5.000 merchant, pada dasarnya kita punya beberapa strategi yang akan diterapkan, salah satunya dengan menjalin kerja sama lebih banyak dengan UMKM yang di mana kita lihat masih banyak sekali yang belum menggunakan teknologi pembayaran nontunai. Di sini kita bisa melihat peluang untuk bisa menyediakan teknologi yang bermanfaat bagi mereka," kata Presdir Cashlez Suwandi saat jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu.

Suwandi menyampaikan emiten berkode saham CASH itu akan memberikan edukasi dan sosialisasi yang lebih baik kepada UMKM untuk bisa memakai pembayaran nontunai secara optimal.

"Tentunya beberapa strategi untuk 2021 kita terapkan strategi-strategi baru dengan pendampingan dari kita, kita ingin berpikir lebih agresif dari sisi merchant. Kemudian kita ingin memperluas jaringan kerja sama dengan mitra kita baik itu di bank maupun nonbank. Jadi untuk bisa saling berkolaborasi menggarap lebih banyak," ujar Suwandi.

Baca juga: Kemenko Perekonomian sebut fintech bantu proses digitalisasi UMKM

Hingga triwulan I 2021 Cashlez telah menggarap lebih dari 10.000 merchant. Ia mengharapkan dengan strategi-strategi yang diterapkantarget akuisisi 5.000 merchant baru dapat tercapai tahun ini.

Sepanjang 2020 dari sisi aset terjadi peningkatan jumlah aset dari sebelumnya Rp53,49 miliar pada 2019 menjadi Rp199.87 miliar. Dari sisi liabilitas juga meningkat dari Rp22,95 miliar pada 2019 menjadi Rp87,01 miliar pada tahun lalu. Sedangkan dari sisi ekuitas juga naik dari Rp30,54 miliar pada 2019 menjadi Rp112,86 miliar pada 2020.

"Di sisi laporan laba rugi sendiri, itu ada terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 2019 pendapatan bersih Rp16 miliar meningkat menjadi Rp84 miliar atau meningkat 400 persen," kata Suwandi.

Sementara itu rugi bersih Cashlez pada 2020 lalu berkurang dari Rp10,85 miliar menjadi Rp7,13 miliar.

Baca juga: Pakar: Masyarakat perlu bentengi diri tidak berutang layanan fintech

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021