Jakarta (ANTARA) - Sebagai ibu kota, Jakarta memang menyimpan segudang sejarah dan perjalanan berharga yang patut dijaga, begitu juga dengan cerita kulinernya.

Salah satu cara terbaik mengenal kota Jakarta adalah dengan mencicipi ragam penganan legendaris yang telah menjadi saksi riwayat selama puluhan tahun. Merayakan dirgahayu ibu kota, musisi Alika Islamadina mengajak generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dan terus melestarikan budaya yang ada, termasuk warisan kuliner.

“Besar di tengah keluarga berdarah Betawi, sejak kecil saya sangat dekat dengan berbagai santapan legendaris Jakarta. Saya pribadi menyadari bahwa industri kuliner Jakarta telah menjadi salah satu jati diri kota yang ikonik dan memiliki daya tarik tersendiri," kata Alika dikutip dari siaran resmi ShopeePay, Selasa.

Berikut perjalanan napak tilas Alika Islamadina ke enam kuliner legendaris Jakarta favorit Alika untuk merayakan ulang tahun Jakarta.

Kopi Es Tak Kie (1927)

Dimulai dengan secangkir es kopi yang wangi dan nikmat dari kedai Kopi Es Tak Kie. Didirikan oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong, Kopi Es Tak Kie merupakan kedai kopi legendaris yang ada di Jakarta sejak 1927.

Nama Tak Kie sendiri mengandung pesan khusus yang ingin disampaikan oleh pemiliknya yaitu agar para penerusnya selalu tampil sederhana dan kerja keras. Memasuki generasi ketiga, Kopi Es Tak Kie kini telah berkembang menjadi lima cabang. Dengan tetap menjaga cita rasa klasik secara turun-temurun, Kopi Es Tak Kie senantiasa beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui promosi di media sosial, hingga menyediakan layanan pembayaran digital untuk menjaga eksistensi lintas generasi.

Baca juga: Burger premium dari Bali mampir ke Jakarta

Baca juga: Kuliner khas daerah bisa perkuat pariwisata Indonesia


Soto Betawi H. Ma’ruf (1943)

Untuk santap siang, soto betawi bisa menjadi salah satu opsi yang menarik. Sejak tahun 40-an sebelum Indonesia merdeka, Haji Ma’ruf, orang Betawi asli Cikini memilih berjualan soto pikul keliling.

Pada tahun 60-an, barulah Haji Ma’ruf mulai mendirikan tenda dan setelahnya restoran di daerah Cikini. Hadir dengan keunikan tersendiri, Haji Ma’ruf menambahkan sedikit susu sapi murni untuk membuat kuah sotonya menjadi semakin gurih dan sedikit mengental. Di balik kesederhanaan semangkuk soto Betawi H. Ma’ruf, tersimpan kisah perjalanan kota Jakarta dari tahun 40-an hingga menginjak era digital saat ini.

Mie Gondangdia (1968)

Kalau belum kenyang, wajib mencicipi mie legendaris yang sudah berdiri sejak 1968 ini. Berlokasi di Jalan RP Soeroso No. 36, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, kedai Mie Gondangdia memang cukup unik, pasalnya tidak ada plang atau penanda di depan gerainya.

Memasuki generasi ke-4, Mie Gondangdia masih mempertahankan resep dan cita rasa autentiknya. Tekstur mie yang kenyal dicampur potongan ayam, sawi, jamur, dan bumbu rahasia mampu menarik perhatian banyak orang, termasuk Presiden ke-5 RI, Megawati.

Es Pluit Acen (1985)

Sebagai selingan dan penyegar dahaga, kedai es legendaris yang satu ini tidak boleh dilewatkan. Hadir sejak tahun 1985, Es Pluit Acen menjadi destinasi jajanan favorit warga Jakarta yang menyajikan 24 varian es beserta 30 jenis topping pendamping yang dapat dipilih sesuai selera. Di tengah banyaknya varian es saat ini, kesegaran dan cita rasa khas yang ditawarkan Es Pluit Acen tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat.

Sop Buntut Ibu Samino (1973)

Kali ini giliran hidangan klasik yang mengenyangkan. Berdiri sejak tahun 1973 di Bendungan Hilir, Sop Buntut Ibu Samino kini telah memiliki total 11 cabang yang tersebar di berbagai wilayah. Para penggemar Sop Buntut Ibu Samino tentunya sudah tak asing dengan beberapa menu andalannya, seperti sop buntut bakar, sop buntut balado, hingga sop buntut goreng.

Sate Sambas Udin Kelana (1960-an)

Ditutup dengan penganan malam di Jalan Sambas, Jakarta Selatan, yang merupakan salah satu kawasan kuliner favorit turun temurun. Dari sekian banyak pedagang yang ada di jalan Sambas, gerobak Sate Udin Kelana adalah salah satu penganan ikonik yang sudah ada sejak tahun 1960-an.

Sate Sambas Udin Kelana dikenal dengan potongan daging ayamnya yang besar dan empuk, ditambah dengan siraman bumbu kacang kental, irisan cabai serta bawang merah yang berpadu harmonis sehingga membuat para pelanggan setianya tak mau berpindah hati. Sate Udin Kelana jugash menyediakan menu unik, yaitu telur ayam muda yang dibakar bersama daging dan kulit ayam yang renyah.

Baca juga: Tips berbusana lebaran ala Alika Islamadina

Baca juga: Alika makin sibuk di Bulan Ramadhan

Baca juga: Membawa Seminyak ke Jakarta lewat kopi dan kue

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021